PINDAH KE KARYAKARSA!
"Nembak cewek seratus kali? Boleh juga!"
Jomblo sampai halal. Itu prinsip Sabrina dalam hidup. Dan jika ada yang menembak Sabrina sebanyak 100 kali, baru dia akan berpacaran.
DAN ITU MUSTAHIL! PERCAYALAH!
Hingga Sabrina bertem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear cewek, kalian gak capek apa jadi komunis? Korban mulut manis. Wkwkwk~
-Naufal-
∆∆∆
Menutup pintu mobilnya, berjalan menuju bagasi dan mengambil hasil belanjaannya yang lumayan banyak. Sabrina tersenyum ketika pembantunya datang mengambil alih beberapa belanjaan.
Ditambah sekarang sopirnya juga turut membantu. Sabrina menghela napas. Melihat jok depan mengingatkan dirinya akan sosok pemuda seumurannya yang datang tanpa permisi.
"Aneh." gumam si gadis berkerudung merah. "Untuk pertama kalinya berani bawa mobil, dan tiba-tiba ketemu orang kayak gitu. Masya Allah..."
Dan apa yang pemuda itu bilang? See you in my dream, calon istri. Lagi-lagi Sabrina geleng-geleng kepala. Ucapan cowok itu terngiang-ngiang di pikirannya.
Sabrina tadinya beranggapan bahwa pemuda tersebut sedikit tidak waras. Namun dilihat dari tampilannya, dia begitu rapi dan wangi. Tak lupa juga, senyumnya ... Manis.
"Astagfirullah... Kenapa jadi mikirin itu sih?" gerutu Sabrina kemudian masuk ke dalam rumah.
∆∆∆
"Loh, loh, ini kenapa muka anak Mama yang ganteng dari sedotan, kusut kali." seorang wanita berdaster dengan kemoceng di tangan menghampiri Naufal yang merebahkan diri di sofa.
"Emaknya monyet aja bilang anaknya ganteng. Mama doang nih, yang gak mau mengakui kegantengan anaknya." cerocos Naufal.
Wanita bertubuh mungil itu memukul kepala Naufal dengan kemoceng. "Aya aya wae maneh teh. Emangnya kamu mau disamain sama anak monyet?"
Sang ibu mendekatkan kepalanya mencari kelanjutan dari ucapan Naufal. "Apa?"
"Tiap ketemu, kita bahasnya monyet terus."
Bugh!
"Mama udah serius dengerin juga! Gini nih, yang dulunya Mamah ngidam makan pisang sekebon! Anaknya kayak kamu, Fal!" omel wanita itu beranjak ke dapur.
Naufal mengusap bahunya yang mendapatkan geplakan maut ala Mama Eva. "Enggak temen, enggak emak gue. Bawaannya nistain gue mulu."
Diam-diam Naufal teringat gadis yang ia temui beberapa jam lalu. Bibirnya tipis, memiliki dagu lancip, mata sayu, dan hidung mungil yang cantik. Suaranya lembut namun tegas.