🌟40. Berhenti.🌟

10.2K 1.7K 1.1K
                                    

Perasaan gue masih sama kok, cuma gua mutusin buat berhenti nunjukin perasaan itu sendiri.

-Naufal-

∆∆∆

Kepada takdir yang mungkin tidak lagi mengijinkan keduanya membagi sebuah perasaan secara halus maupun terbuka. Atau merangkai tawa kecil melalui hal sederhana, yang pasti mereka berdua berada pada jurang menuju keikhlasan untuk saling berhenti.

Jujur, Maya sedih. Sabrina yang terluka. Naufal yang pasrah. Dan Milla yang dari kejauhan merasa bersalah. Mereka semua diberi porsi adil, hanya saja di sini cuma Naufal yang tidak merasa disakiti berlebihan.

Cowok itu paham sebab akibat, takkan membiarkan dirinya menjadi cengeng. Bahkan dulu ia menolak menangisi Milla meski hatinya patah berserakan secara berkeping-keping.

Sedikit menjauh memberi mereka ruang, Maya ingin menangis jika ini adalah akhir. Sementara Sabrina mati-matian membisikkan hatinya untuk siap jika ini memang yang terbaik.

"Karena waktunya cuma sedikit, gue langsung ke inti aja ya, Bi. Bina maksudnya bukan ubi," cowok itu terkekeh.

"Gue minta maaf soal yang kemaren, soal perasaan lo yang mungkin aja gue sakiti, kepercayaan lo yang gue rusak, ya apalah pokoknya. Gue minta maaf," ada jeda di sana untuk mengambil napas, "Walaupun mungkin gak gampang buat dimaafin."

"Sabrina, semuanya di luar kendali dan gue ngga cukup waktu buat jelasin semuanya. Tapi satu hal yang harus lo tau, gue ngga pernah main-main sama apapun yang bersangkutan sama lo."

"Gue tulus berjuang selama ini, ngelakuin apa aja supaya lo lirik, supaya seengganya lo bilang 'iya Fal aku sayang sama kamu' atau lo bisa aja jawab mau jadi pacar gua biarpun kedengeran susah banget."

"Semua yang gue lakuin buat lo ngga ada yang fake, cara pandang gue, cara gue memperlakukan lo, cara gue berusaha lindungin lo sekalipun gue jauh, itu karena gue sayang banget sama lo."

"Bi, kalo lo mau tau, gue sering kok ngerasa ngga pantes buat mengusahakan lo jadi Sabrina-nya Naufal, tapi gue nekat maju karena hati gue keras bilang, 'Sabrina bakal terus gue bahagiain' iya kek gitu."

"Tapi nyatanya malah gue yang nyakitin lo. Maaf. Maaf banget. Tadinya gua mikir kasi waktu istirahat buat semua ini, tapi setelah liat gimana tatapan lo ke gue, sebaiknya emang mundur aja."

Atensi Sabrina sepenuhnya pada Naufal. Dadanya sakit seperti ditekan beban yang beratnya luar biasa. Mundur? Perasaan cemas dan sakit macam apa ini?

"Gue bukan nyerah, ngga ada jagoan yang nyerah. Cuman emang semua punya saatnya masing-masing, dan sekarang saatnya gue sama lo stop berjuang. Atau sebenernya cuma gue yang harus stop, hehe."

"Ayo bilang sekarang kalo lo maafin gua. Biar gua ngga ada beban lagi."

"Aku maafin kamu, Fal."

"Ikhlas, ngga?"

"Ikhlas."

"Ah, oke."

Beralih pada Maya, Naufal menyentil kening gadis itu, "Dan lo ayam, jangan fokus sama kesalahan orang terus sampe kebaikannya jadi ketutupan. Gue balik ya, keren banget emang lo jadi sahabatnya Bina. Yok, assalamualaikum!"

Abstract CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang