🌟19. Maaf.🌟

25.5K 2.4K 310
                                    

Segala sesuatu bisa direncanakan, kecuali merencanakan pada siapa hatimu dijatuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segala sesuatu bisa direncanakan, kecuali merencanakan pada siapa hatimu dijatuhkan.

-Sabrina-

∆∆∆

Untuk beberapa hari ini rasanya Maya benar-benar lelah karena harus membohongi sang Ibu atas pertanyaan 'kenapa kamu gak pernah masuk sekolah'.

Maya mengulang kebohongan yang sama setiap hari sebab tak ingin ibunya tahu ia telah dikeluarkan dari sekolah. Maya juga menyimpan rapat surat pemberitahuan dari guru.

"Gue gak sanggup bohongin Bunda lagi. Kalo sampai ini gagal, gue bakal jujur." cicit Maya dengan air mata mengucur.

Andra dan Naufal merasa tak tega. Naufal mendekat lalu merangkul gadis itu. "Lo gak liat sekarang kita di mana? Di depan sekolah lo. Kita bakal bongkar semua kebusukan si kampret itu."

"Tapi, gimana kalau-"

"Bukannya Kakak udah janji bakal bantu sampai tuntas, May? Hari ini kakak juga yang bakal jadi wali kamu. Kakak bakal meluruskan semuanya." tandas Andra tersenyum.

Maya menatap bergantian dua kakak beradik ini. "Aku percaya sama kalian. Aku gak tau mau ngomong apa."

"Cukup deketin gue sama si, ubi." celetuk Naufal. Mendengar itu membuat Andra memutar bola mata jengah.

"Kenapa persyaratan lo ke Rishad segampang itu? Harusnya tu anak juga dapet ganjaran." Naufal menegur Andra.

Cowok bertubuh tegap itu bersedekap. "Kata Irwan, kalaupun tu bocah ketangkep, mereka gak akan masuk penjara dikarenakan masih dibawah umur."

"Asu." maki Naufal. "Melecehkan anak orang, masih dibawah umur? Gila. Suruh aja anak SD nyopet sebanyak-banyaknya, pasti aman."

"Goblok!" giliran Andra menyeru. "Ketentuannya udah kek gitu. Sekarang, tunggu dulu, Irwan sama Doni lagi- nah, itu mereka."

Dua polisi muda nan tampan datang menghampiri. "Ndra, gimana? Langsung gerebek nih?"

"Bentar," tahan Andra. "Bukti-bukti apa aja yang kalian dapet dari Rishad?"

"Bukti berupa pesan masuk yang mengintruksikan penculikan, tempat penyekapan, sama foto pas adek lo lagi peluk si korban." terang polisi dengan name tag Doni.

"Kurang ajar!" marah Andra. "Sekarang aja. Yuk."

Mereka memasuki area sekolah, menimbulkan keterkejutan pada seluruh siswa. Tak lepas meneliti Maya yang ditarik lembut oleh Andra.

"Ngapain lagi ya si lonte?"

"Anjir, masih pengen balik ke sini keknya."

"Gak usah didengerin, May." bisik Andra, Maya mengangguk memaksakan senyumnya.

Abstract CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang