🌟11. Persyaratan.🌟

29.4K 2.4K 200
                                    

Awal keberhasilan seorang hamba; ketika dia mampu mengendalikan hawa nafsunya, bukan sebaliknya:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awal keberhasilan seorang hamba; ketika dia mampu mengendalikan hawa nafsunya, bukan sebaliknya:)

-Sabrina-

∆∆∆

Heran. Tidak ada komando, ataupun sejenis bisikan kalimat penghasut yang bisa berpotensi untuk memberi Naufal kesempatan. Tidak ada sama sekali.

Sabrina menggantung tasnya, duduk sebentar di pinggir tempat tidur. Berbagai pemikiran mulai berebut mengisi otaknya. "Astagfirullah... Kesempatan? Secara gak langsung, aku kasi dia harapan?"

Apa yang harus Sabrina lakukan? Ia tidak punya bakat maupun pengalaman dalam urusan percintaan. Sejauh yang ia tahu, jika laki-laki dan perempuan bersama tanpa ikatan, maka di tengahnya adalah zinah.

Sabrina tidak ingin munafik, sesekali ia berpikir bagaimana rasanya diperlakukan istimewa oleh lawan jenis. Tapi semua itu takkan mampu mengalahkan prinsip Sabrina, bahwa yang berhak atas dirinya hanyalah orang tua dan suaminya kelak.

"Aku mikirin apa sih? Apa karena kebawa-bawa sama kata-kata, Maya?" monolog Sabrina yang pikirannya sudah tak lagi di tempat.

Panjang umur lah Maya karena barusan Sabrina memikirkannya, sekarang gadis itu menelpon. "Assalamualaikum, May."

"Waalaikumsalam. Lo di mana, Bi? Dah nyampe rumah belom? Gak ada apa-apa di jalan, kan?" Maya memberondong tanpa jeda.

Sabrina tersenyum. Tak ada yang berubah jikalau Maya masih saja hobi mengkhawatirkan dirinya. "Alhamdulillah gapapa, May. Kamu gak harus sepanik itu."

"Abisnya lo maen nyelonong aja. Lu kesel sama gue gegara ribut, yak? Maaf deh."

Lagi-lagi Sabrina terkekeh. "Bukan gitu, aku cuma gak sreg aja pas liat Naufal sama Rifky ribut terus."

"Iya juga sih. Betewe, setelah lo pergi, Naufal nyusulin kalo gak salah."

"Em... Iya. Aku pulangnya sama dia, May."

"Eanjir!" Maya terkejut bukan main. "Kok bisa gitu."

Jadilah sekarang Sabrina mulai menceritakan kronologis kejadian bagaimana sampai ia pulang bersama Naufal. Tak ketinggalan juga perihal Naufal yang meminta kesempatan, disusul Sabrina yang seolah memberi harapan.

Maya sudah heboh di seberang. Entah apa yang sedang gadis itu lakukan. Bisa jadi ia sedang berjoget ataupun salto di tempat, pikir Sabrina.

"Astoge... Bina-ku udah gede..." Maya tertawa, tidak tahu apa yang lucu. "Terus sekarang gimana? Persyaratan jenis apa yang bakal lo kasi buat si Naufal?"

"Gak tau, May. Mungkin besok aku mau jelasin ke dia kalo aku salah bicara." polos Sabrina.

"Etdah! Mau php lo, Bi? Udah-udah, lo gak usah pikirin itu, serahin semuanya ke gue besok." Maya begitu percaya diri.

Abstract CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang