🌟17. Salah Paham.🌟

25.4K 2.1K 209
                                    

Aku baru tahu, luka tak berdarah itu ternyata lebih menyakitkan melebihi apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku baru tahu, luka tak berdarah itu ternyata lebih menyakitkan melebihi apapun.

-Sabrina-

∆∆∆

"Drama anjing!" umpat Naufal dari kejauhan yang hanya jadi penonton. Melihat Galins dan Algi terlibat perang dingin.

Memperebutkan satu wanita seakan stok perempuan di dunia ini sudah habis. "Masih gue liatin, bentar lagi gue santet."

Naufal menginjak puntung rokoknya. Memilih bolos sendiri saja. Sepertinya, harus ada yang dilakukan untuk membuat dua sahabatnya itu sadar. Tapi sebelum itu, Naufal butuh menyegarkan pikiran.

Ke sekolah Sabrina mungkin?

∆∆∆

Langkah kaki membawa Maya menghadap pada dinding dimana di sana menampilkan fotonya yang nampak bugil.

Ditemani seorang pemuda yang wajahnya terlihat hanya bagian sampingnya saja. Pemuda itu cuma mengenakan singlet putih.

"Ini apaan! Ini gak bener!" jerit Maya tak lepas mencabuti satu-persatu kertas yang menempel.

Sabrina turut membantu, sesekali tak percaya pada sesuatu di depan matanya. "Maya, kamu tenang dulu."

Maya berlari ke arah mading, menarik paksa selebaran berisikan dirinya dengan tampilan murahan—dipeluk dalam kondisi hampir telanjang. Maya mengusap kasar air mata yang terus-terusan menuruni pipi.

"Bina, ini bohong! Gue gak kek ini!" sekarang Maya berlari ke arah pohon besar dimana kertas jahanam itu melekat. "Yaa Tuhan! Enggak!"

"May, kamu jangan kayak gini. Aku mohon tenang." Sabrina sudah cukup kewalahan dengan tumpukan kertas dalam pelukannya. "Aku percaya sama kamu, May."

"Pergi aja lo dari sini, lonte!"

"Tau! Mencoreng nama baik sekolah, anjir!"

"Lo gak malu, May?"

"Semalem berapa ribu, May?"

"Bi, ajarin temen lo tuh, lo kan sok alim."

"Ngelonte dari kapan, May?"

"Ternyata susu sachet lebih mahal dari susunya si Maya!"

"Hahahaha!"

"Wuuuuu!!!"

Satu demi satu hujatan naik ke permukaan. Menyorot Maya tanpa ampun. Tak ada celah membela diri, sebab bukti terlalu menyudutkan. Rasa malu yang berkecamuk membuat Maya memutuskan angkat kaki dari area sekolah.

Begitu sampai gerbang, Maya berpegang pada pagar besi untuk menguatkan diri agar tidak ambruk. "Gak. Gue bukan lonte!"

"Buset, woi! Lo kenapa, dah?" Naufal memegangi kedua bahu Maya, menyaksikan kekacauan di wajah gadis itu. "Lo kenapa nangis?"

Abstract CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang