🌟14. Upil & Ipil.🌟

26.8K 2.3K 135
                                    

Mau berjuang matia-matian, ahh... Biar nanti kalo udah memiliki bakalan sulit dilepasin, awokawok.

-Naufal-

∆∆∆

Ada yang lebih tajam daripada pisau, lebih menusuk dibanding anak panah. Namun percaya atau tidak, ia bahkan tak bertulang sama sekali. Ya, itu lidah.

Mulutmu harimau mu. Ucapan Rifky sukses menyakiti perasaan Sabrina. Berhasil mengoyak harga diri gadis itu. Berhasil merendahkan ke titik dasar.

Sabrina menangis menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Selama ini orang tua Sabrina selalu mengusahakan kebahagiaan anak mereka. Namun Rifky dengan lancangnya membuat Sabrina menangis dan terluka.

Bisa dijamin oleh Sabrina apa yang akan terjadi pada Rifky bila sang Papa tahu, putrinya dibuat bersedih.

"Bina, udah ya... Lo gak usah mikirin ucapan Rifky. Gak penting amat tu orang bikin lo nangis gini." celoteh Maya tak terima melihat sahabatnya seperti ini.

Sabrina lantas mengusap air matanya dan tersenyum tipis. "Gapapa kok, May. Aku cuma gak nyangka aja Rifky bakal bicara kayak gitu."

"Itu artinya dia gak tulus merjuangin lo, Bi. Yang tulus itu, gak bakal mengharap balasan untuk perasaannya." Maya benar-benar fasih dalam hal menasehati sang sahabat.

"Apa tadi kata-kata ku gak berlebihan ke Rifky?"

Maya melotot garang layaknya singa kelaparan. "Berlebihan? Yang ada mah, kurang! Harusnya tu orang lo tampar bolak-balik, Bi."

"Sadis banget," kekeh Sabrina sembari mencuci tangannya.

Tak lama setelahnya, ponsel Sabrina bergetar menandakan pesan masuk.

From: 🤡

Ubi... Kesayangan Abi... Waktunya sholat Dhuha. Slmt beribadah dan jgn lupa doa supaya kita jodoh. Ngahaha 😂

Lopiu Ubina, akoh. 😚

Baru saja Sabrina menahan diri untuk tertawa, Maya tiba-tiba merebut ponsel. Tawa Maya menggelegar ke seluruh penjuru toilet.

"Dia beneran patuh sama persyaratan itu, Bi? Wahahah... Bucin amat dah tu mahluk Pluto. Pake ngingetin sholat Dhuha lagi." Maya terus terbahak kegelian.

"Ini juga kan kamu yang bikin syarat, May." ujar Sabrina mencolek pipi Maya.

"Bhaha! Iya, sih. Tapi tu bocah manut aja kek anak kucing. Serius deh, ada sensasi bahagia tersendiri gitu berhasil ngerjain dia." Maya menggebu.

"Uluuuh... Bahasa kamu, May. Sensasi sensasi." goda Sabrina balik.

Maya mengusap sudut matanya yang berair karena lelah tertawa. "Gue punya sembilan puluh persen keyakinan kalo suatu hari nanti lo bakal suka sama dia, Bi. Gue akui dia ganteng, plus langka. Kapan lagi dapet keberuntungan punya doi humoris. Modelnya Naufal itu asik diajak ngapain aja."

"Ngapain aja?"

"Elaah... Ambigu si Ubi. Gue ngomong panjang lebar, cuma dikit yang ditanggepin." oceh Maya. "Ya udah, keluar yok. Gr nanti si Rifky lo tangisin."

Kedua gadis itu keluar. Tapi berhenti saat melihat Rifky berdiri di ambang pintu. Memasang raut bersalah. "Bi,"

"Mau apa lagi, lo?!" Maya membentak.

"May, please, gue mau bicara berdua sama Sabrina. Gue mau minta-"

"Minta maaf? Gue ingetin dikit ya, tadi Sabrina bilang apa. Mungkin dia bisa maafin lo, tapi semuanya udah gak sama lagi." stok kesabaran Maya kian menipis.

Abstract CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang