Joohyun mendatangi satu-satu setiap murid yang sedang menulis, kelas saat ini nampak sangat hening karena semua murid tertib dalam mengerjakan tugas. Namun pandangannya terhenti pada seorang murid berambut panjang terurai yang terdiam, menatap buku tulis. Naeun.
Joohyun segera mendatangi Naeun dan berdiri di samping Naeun, mengusap bahu Naeun pelan. "Naeun mengapa tidak menulis ?"
Naeun menoleh kearah Joohyun kemudian menggelengkan kepalanya. Wajah anak itu nampak murung.
"Jihyo-ah, ada apa dengan Naeun ?" tanya Joohyun pada anak murid yang mejanya bersebelahan dengan Naeun. Saat ini Naeun duduk sendirian, karena Haeri berhalangan masuk dikarenakan sakit.
Jihyo menghentikan acara menulisnya dan menatap Joohyun. "Tidak tau Ssaem, Naeun diam terus saat Hyo tanya."
"Yasudah, terimakasih ya Jihyo." Johyun mengusap rambut pendek Jihyo.
"Sama sama Ssaem." Jihyo kembali menulis.
Joohyun kembali melihat ke arah Naeun, tangan Joohyun terulur untuk mengelus surai panjang berwarna coklat itu dengan lembut. "Cerita sama Ssaem ada apa ?"
"Sebenarnya Naeun bingung Ssaem. Eomma Naeun 'kan sudah meninggal, apa Naeun juga menuliskan nama Eomma ?" pertanyaan Naeun cukup membuat Joohyun terdiam.
Pantas saja, sudah satu bulan Naeun sekolah di sini namun Joohyun sama sekali belum bertemu dan melihat Naeun di antar atau di jemput oleh Ibunya. Ternyata dibalik sikap ceria Naeun, gadis kecil itu memiliki kisah yang hampir sama dengannya.
"Ssaem mengapa melamun ?" ucapan Naeun membuyarkan lamunan Joohyun, wanita itu pun mengulas senyumannya seraya menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa apa. Sekarang Naeun menulis ya, tulis nama Eomma Naeun."
Naeun menganggukan kepalanya kemudian mengucapkan terimakasih pada Joohyun, Joohyun kembali melangkahkan kakinya menghampiri setiap muridnya tak lupa wanita itu pun selalu mengusap rambut anak didiknya dengan lembut.
Tak lama bel istirahat berbunyi, Joohyun segera meraih paperbag yang berisi beberapa celoki kecil berisi puding.
"Siapa yang mau puding ?" tawar Joohyun seraya mengangkat tinggi paperbag tersebut.
Hampir seluruh murid mengacungkan tangannya dan berlari kearah Joohyun, Joohyun lantas segera mengintrupsi seluruh muridnya untuk kembali duduk di kursinya masing-masing.
"Ssaem membawakan puding sesuai jumlah kalian yang ada di kelas ini, pasti semuanya kebagian. Jadi dimulai dari pojok depan dulu ya setelah itu kalian boleh pergi ke kantin sekolah untuk makan. Mengerti ?"
"Mengerti sonsaengnim!" teriak mereka kompak.
Joohyun tersenyum kemudian mulai membagikan puding kepada anak didiknya, mereka nampak senang dan mengucapkan terimakasih pada Johyun.
"Ssaem, Naeun kebagian pudingnya 'kan ?"
"Tentu saja." Joohyun menyerahkan puding terakhir pada Naeun.
"Terimakasih sonsaengnim." ucap Naeun dengan senyuman lebarnya.
Johyun menganggukan kepalanya kemudian mengusap kepala Naeun pelan. "Sama-sama sayang."
"Hm, Ssaem. Apa Naeun boleh makan siang dengan Ssaem ?" tanya Naeun lirih, kedua tangan kecilnya menggenggam celoki kecil berisi puding sedikit erat.
Melihat Naeun yang nampak gugup tersebut, Joohyun segera merangkul bahu kecil itu. "Kajja! Kita makan siang bersama."
Naeun menganggukan kepalanya dengan binar bahagia terlihat di matanya. Joohyun menggembangkan senyumnya, kemudian mereka mulai melangkah pergi menuju kantin sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Stepmother [REVISI]
Romance"Menikahlah dengan saya dan jadilah Ibu untuk Naeun."ucap Junmyeon menatap Joohyun. Joohyun terdiam, ini terlalu tiba-tiba baginya. Dan tak menyangka jika Junmyeon memintanya untuk menjadi Istri dan Ibu untuk Naeun, sedangkan pria itu pun yang telah...