Bab 19

6.5K 600 79
                                    

"Joohyun-ssi."

Joohyun memutar tubuhnya dan melihat Junmyeon yang berjalan kearahnya dan Seohyun, sepertinya pria itu telah selesai membayar administrasinya.

"Mengapa anda ada disini, Naeun sendirian ?" Itulah pertanyaan yang di lontarkan oleh pria itu setelah berada di depan Joohyun.

Joohyun membungkukan badannya, merasa bersalah. "Saya minta maaf. Karena anda telah kembali sepertinya saya harus bergegas pergi."

"Tak usah minta maaf. Anda tidak bisa menunggu Naeun sebentar kemudian kita pergi bersama ?" tanya Junmyeon dan hal itu membuat Seohyun tak suka, wanita itu langsung mendekati Junmyeon.

"Apa maksudmu Junmyeon ?"

"Kita pergi sama-sama, itu maksud aku. Begitupun denganmu Seohyun," jelas Junmyeon.

"Tapi kita harus ke butik sekarang, untuk mencoba gaun dan jas milikmu. Sebelum-sebelumnya kau selalu menolak, maka hari ini kau harus mau," Seohyun segera mengamit lengan Junmyeon.

"Kau-"

"Kalau begitu saya pamit Pak, saya sudah ada janji dengan Minho. Permisi," potong Joohyun kemudian wanita itu menunduk sopan pada Junmyeon dan Seohyun, kemudian pergi dari sana.

"Kau semakin kesini makin keterlaluan, Seohyun," desis Junmyeon, alisnya mengkerut tak suka kemudian pria itu melangkah mendahului Seohyun yang mengejarnya.

"Junmyeon."

"Kita bertemu besok, hari ini Naeun baru sembuh. Jangan berbuat ulah, pulanglah."

"Apa maksudmu berbuat ulah, aku tak melakukan apapun."

Junmyeon berbalik untuk melihat wajah Seohyun. "Kau tak sadar, Naeun sakit karena apa ?"

Kemudian kembali melangkah meninggalkan Seohyun seorang diri di lorong rumah sakit.

*******

Joohyun menghembuskan nafasnya saat pintu kamar rumahnya tertutup, menutup wajahnya dan terduduk di depan pintu.

Pilihannya saat ini salah, dia salah telah menolak Minho dan memilih pria yang jelas-jelas akan menikah dalam waktu dekat. Dia telah melepaskan Minho begitu saja, tapi ini yang dia dapat. Dia berangan-angan terlalu tinggi dan tak sadar jika sewaktu-waktu akan terhempaskan seperti ini.

"Apa kau sudah mendapatkan jawabannya ?" tanya Minho saat mereka bertemu dua hari yang lalu di salah datu cafe dekat rumah sakit.

Joohyun menunduk, dia bingung harus memulainya dari mana. Jadi dia hanya bisa memainkan jari-jarinya.

"Kebiasaan ya, aku di depan bukan di bawah. Ayo aku sudah siap mendengarkan apapun keputusanmu," ucap Pria itu sangat tenang, sangat berbeda dengan Joohyun yang nampak gugup.

Tangan Minho terulur untuk menepuk bahu Joohyun pelan seraya tersenyum. Akhirnya Joohyun memberanikan diri mengangkat kepalanya dan melihat kearah Minho.

"Aku.. aku rasa, aku tak bisa menerimamu. Mian," Joohyun kembali tertunduk.

Minho terdiam namun dia tersenyum, dia sudah mewanti-wanti akan terjadi hal ini maka dari itu Minho terlihat siap saat ini. "Tak apa, aku mengerti."

"Tapi aku merasa tak enak."

"Jangan berfikiran seperti itu. Aku tak bisa memaksamu untuk mencintaiku bukan ? Kejarlah apa yang kau inginkan," Pria itu masih menatap Joohyun dengan tatapan teduh dan senyuman tulusnya.

"Tapi kita tetap akan menjadi teman bukan ?" Joohyun mengangguk seraya tersenyum.

"Terimakasih, terimakasih untuk semuanya."

Becoming Stepmother [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang