Bab 42

10.7K 666 198
                                    

Joohyun terbangun dari tidurnya saat mendengar suara rintihan dari sisinya itu, wanita itu melihat kearah Junmyeon dengan mata yang masih sedikit terpejam.

"Jun.." panggil Joohyun dengan suara seraknya itu, kemudian tangannya mulai menggelung rambut panjangnya itu dan berpindah untuk menyentuh lengan Junmyeon, menggerakan perlahan. Namun pria itu tak merespon, masih merintih.

Dengan sigap Joohyun mendaratkan punggung tangannya pada dahi Junmyeon, rasa panas pun menjalar di punggung tangannya. Junmyeon demam, pria itu pun sedikit menggigil. Tanpa banyak bicara Joohyun segera beranjak dari kasurnya dan melangkah keluar dari kamarnya, dia membutuhkan air hangat dan wadah untuk mengkompres kening Junmyeon. Tak lama kemudian Joohyun kembali dengan membawa wadah berisi air hangat.

Dengan telaten, jemari lentik Joohyun mulai mencelupkan handuk kecil pada wadah berisi air hangat dan memerasnya, meletakkannya dengan perlahan pada dahi Junmyeon.

Sepertinya Junmyeon menjadi demam karena kemaren malam kehujanan dan bergadang tadi malam, makanya pagi ini suhu tubuhnya menjadi tinggi seperti ini.

Waktu menunjukan pukul enam pagi, sepertinya dia tidak bisa berangkat mengajat jika keadaan Junmyeon seperti ini. Joohyun melihat kearah Junmyeon yang memejamkan matanya, dia bersyukur tak ada suata ringtihan lagi. Jemari Joohyun mengusap punggung tangan Junmyeon yang terasa dingin, dia sedikit khawatir jika seperti ini.

"Aku ke kamar Naeun dulu ya, aku juga mau buatkan sarapan untukmu dan Naeun." Ucap Joohyun pelan, mengusap rambut Junmyeon.

Kedua mata Junmyeon terbuka, menayap Joohyun dengan mata sayu khas orang sakit. "Jangan pergi." Lirihnya.

"Aku hanya pergi ke kamar Naeun, setelah itu aku akan kembali membawakan obat untukmu." Jawab Joohyun, Junmyeon mengangguk.

Joohyun menggembangkan senyumnya dan mengecup pipi Junmyeon, kemudian beranjak dari duduknya melangkah menuju kamar milik Naeun. Membuka pintu kamar milik Naeun dan menampilkan Naeun yang tengah menggunakan pakaiannya itu. Joohyun tersenyum.

Naeun menjadi lebih mandiri semenjak tiga bulan yang lalu, dia berkata jika dirinya telah menjadi besar itu mengapa Naeun ingin menggunakan pakaiannya sendiri.

"Ada yang bisa eomma bantu ?" Ujar Joohyun, mendekat kearah Naeun yang tengah memakai dressnya itu.

"Tidak usah eomma" Ucap Naeun, suara cempreng dan melengkingnya tak pernah hilang dari diri Naeun.

Joohyun menganggukan kepalanya. "Arrayo, eomma buatkan sarapan untukmu ya sayang. Nanti Naeun berangkat bersama Ahjussi tak apa ?"

Naeun menghentikkan kegiatannya dan mengerutkan keningnya. "Wae ?"

"Appa sedang demam dan eomma harus menjaga bayi besar itu." Kekeh Joohyun, di sambut kekehan Naeun.

"Appa selalu menjadi seperti anak kecil jika bersama eomma, Naeun jadi di abaikan oleh eomma."

"Eomma tidak maksud mengabaikanmu sayang."

Naeun menggelengkan kepalanya kemudian memeluk Joohyun. "Anieo, bukan itu eomma. Naeun sedang meledek appa."

Joohyun menghela nafas leganya dan mengacak poni rambut Naeun lembut, membungkukan tubuhnya untuk mengecup dahi Naeun. "Anak eomma sudah besar ya, sudah berapa tahun ?"

"Delapan tahun!" Teriaknya senang.

"Tambah pinter deh jadinya. Eomma ke dapur ya."

Naeun mengangguk, melepaskan pelukannya. Joohyun tersenyum kemudian, keluar dari kamar Naeun. Melanjutkan apa tujuan yang sebenarnya, kedapur dan membuatkan sarapan untuk dua kesayangannya itu.

Becoming Stepmother [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang