Bab 8

6.5K 602 58
                                    

Junmyeon memasuki rumahnya dengan menenteng paperbag berisi jasnya yang dia pinjamkan pada Joohyun tempo lalu dan sedikit terkejut saat melihat Ibunya berada dirumahnya itu, nampaknya wanita itu telah menunggu kedatangannya.

"Eomma."

Haena menoleh dan menatap anak sulungnya itu. "Eomma ingin bicara padamu Junmyeon."

Junmyeon melihat kearah jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, jarum jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. "Ini sudah malam, mengapa Eomma datang kemari."

"memang kenapa ? Suka-suka Eomma." jawab Haena sembari melihat sekeliling.

"Eomma kesini diantar siapa ?" tanya Junmyeon kemudian menempatkan dirinya di depan Ibunya itu.

"Diantar supir, tidak mungkin Eomma menyuruh Jaehyun untuk mengantar Eomma. Eomma akan menginap disini hari ini." terang Haena, Junmyeon mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kenapa tiba-tiba kemari ? Ada urusan apa memangnya ?" tanya Junmyeon

"Eomma harap besok kau tidak pergi ke Hongkong." bukannya menjawab Nyonya Kim tersebut lebih memilih mengeluarkan perintahnya itu.

"Tidak bisa Eomma, ada urusan yang harus Junmyeon urus disana. Dan tidak bisa di undur."

"Jangan mencoba untuk kabur Junmyeon, kau sudah dewasa bahkan punya anak. Kau harus ada hubungan yang jelas dengan Seohyun, Eomma malu terhadap orang tua Seohyun karena kau tak segera melamarnya! Besok keluarga Seohyun akan pergi ke mansion Eomma, jadi kau jangan pergi bekerja."

Junmyeon menghembuskan nafasnya, kemudian pria itu beranjak dari duduknya dan meraih paperbag tersebut. "Ini bukan masalah kabur atau bukannya, Eomma. Junmyeon lelah, Eomma istirahatlah, ini sudah larut malam."

"Junmyeon!" teriak Haena, namun di anggap angin lalu bagi Junmyeon karena pria itu lebih memilih melanjutkan jalannya menaiki anak tangga.

"Astaga anak itu." Haena memijit pangkal hidungnya.

Dia seperti menghadapi anak remaja yang sangat nakal, padahal anaknya itu jauh dari kata anak-anak. Benar-benar keras kepala.

*************

Sinar matahari sudah menyelinap masuk kedalam kamar Junmyeon, namun pria itu masih memejamkan matanya dan hanyut dalam mimpinya, langsung membuka matanya ketika mendengar tangisan Naeun. Pria itu langsung duduk dan mengusap wajahnya, ada apa dengan putrinya itu. Junmyeon menoleh kearah jam digital yang berada di sampingnya, sudah menunjukan pukul enam pagi.

Dengan jalan sempoyongan, efek nyawa yang belum terkumpul. Junmyeon melangkah menuju pintu penghubung antara kamarnya dengan kamar Naeun.

Pintu pun terbuka dan terdapat Haena yang sedang menenangkan Naeun yang menangis dipelukan Haena, Junmyeon pun mendekat.

"Kenapa sayang ?" tanya Junmyeon.

Naeun segera melepaskan pelukan neneknya itu dan berlari kearah sang ayah.

"Appa, dimana Joohyun Ssaem ? Kenapa dia enggak ada ?" tanya Naeun dengan wajah yang basah karena air mata.

Junmyeon menghembuskan nafasnya. "Joohyun Ssaem kan pulang sayang."

"Tapi Joohyun Ssaem sudah berjanji pada Naeun, jika saem akan menginap dan tidur dengan Naeun."

Haena menatap kearah putra sulungnya itu dan menaikan satu alisnya.

Junmyeon betumpu lutut, mensejajarkan tubuhnya dengan Naeun. Kemudian tangannya terulur untuk menyelipkan rambut yang menempel di pipi Naeun di belakang telinga. Ibu jari Junmyeon bergerak, menghapus air mata Naeun.

Becoming Stepmother [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang