"Katanya ada dua orang, cewek cowok yang masuk kerumahnya Mark semalem."
Mendengar itu, Eunseo dan Ten langsung saling pandang dengan tatapan mata yang tajam. Mereka saling menatap sejenak, setelah itu, Ten bertanya, "Terus?"
"Terus? Ya Mark udah ketemu lah! Buktinya tu dua orang bisa masuk ke rumah Mark. Siapa lagi coba kalo bukan Mark yang bukain pintu? Dia harus di laporin tuh karena udah ketemu, kan dia buronan," sahut Lucas.
"JA-" ucapan Ten terputus.
"SIAPA? Ma-maksud gue, yang liat dua orang itu masuk ke rumah Mark siapa?" sergah Eunseo. Dia tahu pertanyaan apa yang akan di lontarkan Yuqi atau Lucas saat Ten mengatakan "JANGAN!". Tentu saja Yuqi dan Lucas juga akan curiga.
"Temen kelasnya Mark yang pernah main ke rumah Mark, namanya Jeno. Waktu itu dia mau keluar dari lift, terus dia buru-buru ngumpet gara-gara liat dua orang itu masuk ke rumah Mark," jawab Lucas. Lagi-lagi, Eunseo dan Ten saling pandang. Sejenak kemudian, Ten bertanya, "Lo dapet info itu dari mana?"
"Dari temen gue yang satu fakultas sama Jeno. Mereka temenan," jawab Lucas.
"Lagi ngapain dia di sana?" tanya Eunseo.
"Katanya sih mau nyoba nyari Mark. Soalnya dia pernah nyari kerumahnya waktu tau Mark itu buronan, tapi kaya ngga ada orangnya. Terus semalem dia mau nyoba nyari lagi, siapa tau ada di rumah. Eh, dia malah liat dua orang masuk kerumahnya Mark," terang Lucas.
"Terus dia balik?" tanya Ten.
"Dia sembunyi. Habis dua orang itu pergi, dia mencet bel rumah Mark, tapi ngga di bukain pintu," jawab Lucas.
"Apa jangan-jangan itu dua orang mbobol rumah Mark ya, Cas?" Yuqi mencoba menebak-nebak.
"Ngarang lo,"
"Ya bisa aja kan."
Lucas mengendikkan bahu, jelas Yuqi kesal dan langsung memukul bahu pacarnya.
"Terus ngga ada komentar gitu soal dua orang itu?" tanya Eunseo.
"Ya ada, cuma ngga ada yang tau mereka siapa,"
➖➖➖
Dalam perjalanan pulang, Eunseo dan Ten saling diam. Mereka tengah memikirkan apa yang akan terjadi jika nantinya semua anak kampus tahu kalau mereka berdualah yang semalam masuk ke dalam rumah Mark.
Mungkin lebih banyak yang berasumsi kalau mereka bersekongkol dengan Mark daripada berasumsi kalau mereka membobol rumah Mark.
Terdengar helaan napas panjang dari mulut Ten. Jelas laki-laki itu merasa cemas.
"Gimana kalo satu kampus tau kalo yang Jeno liat itu kita? Lagian ngapain sih dia datengnya barengan sama kita?" kesal Ten sambil sesekali melirik Eunseo yang tengah menumpu kepala dengan tangan yang di genggam. Sikunya berada di pintu mobil.
"Kalo Bona ngga ember, kita bakal tetep aman, Ten," kata Eunseo tanpa melirik Ten. Laki-laki disampingnya itu membuang napas lagi, kini lebih kasar.
"Mungkin aja Jeno punya inisiatif datengin rumah Mark karena Bona nanya alamat ke dia," sambung Eunseo.
"Semoga aja Bona ngga nyebut nama lo, Seo."
Melihat Eunseo yang mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, Ten pun bertanya, "Mau ngapain?"
"Chat Bona," jawab Eunseo.
"Nanya paan?"
"Ntar juga tau."
Eunseo pun berniat mengirimi Bona pesan, tujuannya hanya satu. Memastikan kalau Bona tidak menyebut namanya setelah berita ditemukannya Mark-walaupun anak-anak kampus masih kurang yakin soal keberadaan Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Mystery / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack