33 - Emotional

500 73 6
                                    

Usulan Eunseo untuk mencari pisau fixation di rumah Jaemin membuat Ten dan Renjun berpikir keras, bagaimana cara untuk mencari pisau itu? Alasan apa yang tepat untuk pergi ke rumah Jaemin? Lalu, bagaimana cara menemukan pisau itu tanpa ketahuan oleh sang pemilik? Ya, pemilik. Dengan banyaknya fakta yang Eunseo, Renjun dan Ten kumpulkan, mereka sangat yakin bahwa Jaemin-lah orangnya.

"Ten, lo belum ada ide?" tanya Eunseo pada Ten yang tengah menunduk dengan kedua tangan berpangku di atas paha. Laki-laki itu belum merespon-membuat Eunseo dan Renjun saling bertukar pandang.

"Gue lagi ngga bisa mikir. Jujur..." ucapnya lirih, bahkan hampir tak terdengar. Ten menghela napas sejenak, berusaha keras untuk tidak meloloskan air matanya. "Jujur gue ngga pengen percaya sama faktanya. Gue ngga pengen percaya kalo temen baik gue itu pelakunya."

Kalimat itu jelas membuat Eunseo menganggukan kepala, tanda bahwa ia juga setuju dengan apa yang Ten katakan. "Gue juga ngga mau percaya, Ten. Tapi siapa lagi kalo bukan dia? Fakta yang udah gue tulis di sini yang bikin gue yakin. Makanya kita perlu cari pisau itu sebagai bukti. Satu-satunya tempat buat nentuin bener atau ngga-nya dia sebagai pelaku ya rumah Jaemin," terang Eunseo-membuat Ten kembali menghela napasnya.

Tiba-tiba saja, ponsel Eunseo yang tergeletak di atas meja berdering. Nama yang terpampang di sana membuat gadis itu mengumpat, "Shit! Lucas telfon."

"Pasti nanyain Yuqi," tebak Renjun. Eunseo sendiri merasa kebingungan harus menjawab apa jika Lucas bertanya-tanya tentang Yuqi. Ah, sial! Kenapa hidupnya seperti ini?

"Udah jawab dulu aja," suruh Ten. Dengan ragu, Eunseo mengangkat panggilan itu, kemudian menekan tombol loudspeaker dengan posisi ponsel masih di atas meja.

"Halo?" sapa Eunseo dengan perasaan cemas. Tanpa basa-basi, Lucas langsung bertanya.

"Gue ngga bisa telfon Yuqi dari semalem. Lo lagi sama Yuqi ngga, Seo?"

Gadis itu menggigit bibirnya takut sambil menatap kedua temannya. Renjun pun terlihat menggumamkan sesuatu, "Engga, dia barusan keluar ngga tau kemana. Bilang gitu."

"Halo?"

"Ha-halo, engga. Yuqi barusan keluar ngga tau kemana. Cuma bilang pergi ada urusan gitu doang."

"Oh, syukurlah. Tapi kok gue ngga bisa ngehubungin Yuqi ya? Gue telfon nomernya ngga aktif. Gue chat ngga dibales."

"Gue ngga tau kalo itu, Cas."

"Ya udah lo ntar tolong bilangin dia kalo gue telfon."

"Hm."

"Btw, Ten udah pulang belum? Itu si Jaemin udah pulang."

Pertanyaan Lucas membuat Eunseo dan Ten saling pandang. Kemudian, Ten mengangguk sebagai isyarat.

"Udah, sampe tadi pagi."

"Lah gasik amat. Sekarang dimana?"

"Apa lo tanya-tanya gue? Kangen?" tanya Ten tiba-tiba dengan wajah datar. Rasanya sulit untuk berekspresi dengan situasi saat ini. Bahkan, ia sudah memikirkan kemungkinan besarnya jika Lucas tahu yang sebenarnya.

"Haha! Emang ngga boleh? Btw, lo gasik amat pulangnya? Pagi-pagi udah sampe."

"Emang ngga boleh? Suka-suka gue lah!"

"Ya gue tanya doang, setan! Buka grup gih! Si Jaemin jangan dikacangin."

[COMPLETED] CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang