Eunseo sudah berada di rumah duka selama tiga hari. Namun, semalam rasanya sungguh tak kuat hingga gadis itu memilih pulang untuk beristirahat. Hari ini adalah hari pemakaman Yuqi dan Lucas. Rasanya Eunseo tidak ingin hadir karena terlalu sakit melihat kedua sahabatnya dimakamkan. Rasanya seperti mimpi, namun inilah kenyataannya. Kenyataan bahwa kedua sahabatnya benar-benar meninggalkan Eunseo untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi.
Eunseo sudah mengenakan pakaian hitamnya. Ia sudah siap untuk mengantar kepergian Yuqi dan Lucas. Namun, rasanya sungguh berat. Yang ia lakukan saat ini hanyalah menangis dikamarnya. Ten yang telah siap dengan jas hitamnya pun, berusaha menenangkan Eunseo dengan memeluk erat gadis itu.
Eunseo menangis lebih deras. Tangisannya terdengar sangat pilu hingga membuat orang yang mendengarnya turut merasakan sedih. Gadis itu meremat kuat lengan jas milik Ten. Air matanya pun berjatuhan diatasnya. Ten tak peduli, ia hanya fokus menenangkan sahabatnya itu.
"Ten..." panggil Eunseo dengan suara gemetar. Ia menangis sesenggukan. "Hm, gue di sini." Suara Ten pun sama gemetarnya karena ia juga turut menangis.
"Yuqi..." panggil Eunseo dengan harapan sangat pemilik nama hadir disisinya. "Lucas..." Eunseo juga memanggil nama laki-laki itu. Laki-laki yang selalu mewarnai hari-harinya setiap mereka bertemu.
"Lo kuat ngga? Kalo ngga, kita di sini aja. Biar Jaemin sama Renjun yang wakilin kita," kata Ten yang langsung disambut gelengan pelan Eunseo. Laki-laki itu tampak menahan diri untuk tidak menangis. Tapi rasanya, lehernya sakit.
"Ngga mau. Gue mau ketemu Yuqi sama Lucas. Gue mau dateng," kata Eunseo sambil sesenggukan. Wajahnya sudah merah dan sembab. Bahkan matanya terlihat bengkak.
"Ya udah, ayo. Pemakamannya bentar lagi dimulai." Ten bangkit dari duduknya. Kemudian mengulurkan tangannya untuk menggandeng Eunseo. Gadis itu pun mengusap wajahnya sejenak, lalu menerima uluran tangan Ten. Mereka meninggalkan rumah, memasuki mobil, kemudian Ten melajukan mobilnya menuju rumah duka.
Sesampainya di sana, mereka segera menghampiri keluarga Yuqi dan Lucas. Mereka berpelukan, menangis bersama dan saling menguatkan. Setelah itu, mereka bersiap untuk mengantar kepergian kedua sahabatnya di tempat peristirahatan terakhir. Namun, sedari tadi Ten tidak melihat kehadiran Jaemin. Ke mana laki-laki itu? Kenapa tidak datang untuk memberikan penghormatan terakhir kedua sahabatnya?
Ten mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Sama sekali tidak bisa melihat keberadaan Jaemin. Renjun yang berdiri di samping kirinya pun bertanya, "Cari siapa Ten?"
"Jaemin. Dia kayanya ngga dateng," jawab Ten sambil terus mencari-cari Jaemin. Renjun tampak mengerutkan dahinya. Dengan ketidakhadiran Jaemin membuatnya semakin yakin bahwa laki-laki itulah pelaku sebenarnya. Ten juga menceritakan semuanya pada Renjun-malam setelah ditemukannya mayat Yuqi dan Lucas.
Tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Ten sekali dari belakang. "Ten," panggil orang itu. Ten menoleh dengan cepat. Merasa lega, namun terbesit rasa takut saat melihat sorot mata Jaemin yang terlihat lebih tajam. "Eh, Jaem. Kok baru dateng?"
"Gue kesiangan tadi. Ketambahan gue ngga bisa lewat pas masuk sini. Sorry ya?" ucap Jaemin. "Ngga papa kok. Syukurlah lo dateng," ujar Ten. Sorot matanya menjadi lebih tajam, lalu berkata lagi, "Seengganya lo masih punya rasa peduli sama sahabat lo." Diam sejenak, lalu Jaemin tersenyum kecil dan menepuk bahu Ten dua kali.
Waktu pun terus berjalan. Sekarang adalah waktunya untuk mengantar jenazah Yuqi dan Lucas ke tempat penguburan. Eunseo, Ten, Renjun dan Jaemin berada di satu mobil dan Jaemin yang menyetir. Disampingnya ada Renjun, sedangkan Eunseo dan Ten duduk di belakang. Selama perjalanan ke sana, Eunseo tak bisa berhenti menangis. Hal itu membuat Ten dan Renjun ikut merasakan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Mystery / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack