07 - Nightmare

775 83 8
                                    

"Ho...hong..."

"Hun..."

"Ho...hong..."

"Ha...kih..."

"Hun...hohong...hue-AAAAAAAAGGGGGGHHHHH!!!"














"Hhhh! Hhhh! Hhhh!"

Eunseo membuang banyak napas setelah ia mendapat mimpi buruk. Tubuhnya gemetar, keringat dingin bercucuran dari pori-pori kulitnya, jantungnya berdebar kencang dan rasanya sungguh menakutkan setelah ia mendapat mimpi buruk itu.

Eunseo menangis sesenggukan. Ia menekuk lututnya, kemudian menyembunyikan wajah diantara keduanya. Ditariknya rambut karena ia merasa sangat cemas. Ini adalah mimpi yang benar-benar buruk.

Eunseo masih menetralkan degup jantungnya. Tangisnya juga sudah mulai mereda. Jika di ingat lagi, Eunseo mungkin akan menangis lagi.

Sekarang sudah siang. Sinar matahari bahkan sudah menembus jendela dan tirai kamar Eunseo yang gelap. Gadis itu bangkit perlahan karena kakinya masih sedikit terasa sakit, kemudian membuka tirai jendela kamarnya. Tak lupa juga untuk membuka jendela agar udara bisa masuk ke dalam rumahnya.

Eunseo diam sembari memandangi rumah-rumah dibawahnya. Matanya tertuju dimana Ten berdiam diri. Lebih tepatnya, rumah Ten. Ia memandanginya cukup lama. Rasanya ia ingin menceritakan mimpi itu pada Ten. Tapi apakah laki-laki itu akan mempercayai mimpinya? Karena mimpi itu adalah bunga tidur. Bisa saja penyebab Eunseo mendapat mimpi buruk itu adalah karena akhir-akhir ini ia terus memikirkan kasus pembunuhan yang sedang ramai dibicarakan itu.

Dihembuskannya napas panjang, Eunseo pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, ia pergi sarapan. Karena sedang malas mengolah seafood, akhirnya ia hanya menggoreng telur dan memasak nasi saja.

Selagi menunggu nasi matang, Eunseo membuat telur ceplok. Saat sedang menunggu telurnya matang, Eunseo malah kembali mengulang mimpinya tadi.

Menakutkan, satu kata itu yang menggambarkan mimpi Eunseo.

"Ho...hong..."

"Hun..."

"Ho...hong..."

"Ha...kih..."

"Hun...hohong...hue-AAAAAAAAGGGGGGHHHHH!!!"

Eunseo menggeleng dengan cepat setelah otaknya mengulang mimpinya. Rasanya sungguh mengerikan mendengar teriakan laki-laki dimimpinya itu.

Tercium bau sesuatu, ternyata telur yang ia buat hampir menghitam. Sialan, pagi ini Eunseo harus makan telur gosong.

Eunseo pun membalikkan telurnya dengan cepat, kemudian ia menghela napas kasar. Tak lama kemudian, telurnya pun matang. Dia harus makan telur gosong. Tak apa, yang penting perutnya tidak kosong.

Selagi makan pun, Eunseo tak bisa fokus. Otaknya terus kembali ke mimpinya, bahkan rasanya ingin mutah setiap kali mengingat bayang-bayang darah dalam mimpinya itu.

Akhirnya, dengan cepat ia menghabiskan sarapannya. Setelah semua beres, ia memasukkan alat tulis dan buku-buku yang akan ia bawa ke kampus.

Line!

Itu pasti Ten yang mengiriminya pesan. Setelah Eunseo membuka ponselnya, benar saja. Ten bilang, dia sudah menunggu di depan rumah. Baiklah, Eunseo pun bergegas memakai sepatu. Setelah itu, ia membuka pintu.

[COMPLETED] CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang