38 - Looking for Jaemin

719 75 11
                                    

7.30 pm.

Hingga malam ini, Ten masih setia menemani Eunseo. Tak ada keinginan untuk pulang karena ia sendiri akan merasa kesepian. Ia juga mengkhawatirkan Eunseo yang masih bersedih, padahal gadis itu menyuruh Ten untuk pulang karena dia pasti juga butuh waktu untuk sendiri. Tapi Ten tetap bersikeras untuk tinggal di rumah Eunseo karena tak ingin sendirian.

Tak ada kegiatan yang membuat mood mereka kembali. Sepanjang waktu mereka hanya berjalan mondar-mandir dan merebahkan diri. Menonton televisi pun rasanya malas.

"Ten," panggil Eunseo setelah cukup lama saling diam. Laki-laki itu menoleh, kemudian bertanya, "Hm?"

"Jaemin ngga nge-chat lo?" tanya Eunseo. Ten menghela napas panjang, lalu menggeleng. Tapi tak lama, ponsel Ten bergetar. Ada sebuah panggilan dari Renjun. Diusapnya layar ponsel, lalu Ten menekan tombol loudspeaker dan menaruh ponselnya di atas meja.

"Halo?"

"Lagi ngapain lo?"

"Tiduran."

"Masih di rumah Eunseo?"

"Iya masih."

"Oh. Ten, gue barusan liat Jaemin clubbing."

Mendengar itu, Eunseo dan Ten saling pandang dengan kedua mata mendelik.

"A-apa?! Ngapain ke sana sih?!"

"Ya mana gue tau."

"Lo lagi ke mana emang?"

"Otw rumah Jeno terus liat dia masuk. Samperin gih, keknya dia stres. Tapi ati-ati lo karna sekarang dia target kita."

"Oke oke. Nama tempatnya apa?"

"Liquid."

"Ya udah ini gue ke sana sekarang."

"Kalo ada apa-apa hubungi gue. Tempatnya ngga jauh kok dari rumah Jeno."

"Hm. Gue tutup."

Panggilan pun berakhir.

"Gue ikut!" pinta Eunseo sesaat setelah panggilan itu berakhir. Namun, Ten menggeleng. "Jangan. Gue ngga mau lo masuk-masuk sana. Bahaya."

"Ya kan ada lo. Gue juga bisa jaga diri," kata Eunseo yang masih keras kepala.

"Ngga, Seo. Lo di sini aja, oke?" larang Ten dengan lembut sambil menepuk ke dua bahu Eunseo, lalu laki-laki itu meraih jaketnya yang disampirkan dilengan sofa.

"Ten, gue ngga mau sendiri," ucap Eunseo saat Ten akan beranjak pergi. Mendengar keluhan gadis itu, Ten menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan tertawa kecil. "Kalo lo ngga mau sendiri, kenapa tadi nyuruh gue pulang? Sekarang giliran gue mau pergi, lo ngga mau ditinggal. Gimana sih?"

Eunseo tampak diam mematung. Ten ada benarnya juga. "Y-ya, tapi kan-"

"Di sini aja, oke?" Ten mengacak surai panjang Eunseo hingga terlihat berantakan. Gadis itu hanya mendesis, "Hissh!"

Setelah kepergian Ten, Eunseo bingung harus apa. Ada laki-laki itu pun juga sebenarnya sama saja. Tapi setidaknya ada yang menemaninya dan tidak merasa sendiri. Eunseo pun hanya duduk di sofa sambil menyilangkan kedua tangannya. Dia merasa kesal kenapa Ten melarangnya ikut. Bahaya? Bahaya kenapa? Lagipula ada banyak orang yang akan menyelamatkannya jika terjadi sesuatu yang buruk. Eunseo juga sudah dewasa, jadi tak masalah jika masuk ke dalam club. Ia juga tak akan pernah sedikit pun menyentuh alkohol yang di jual di sana.

Tapi seketika, ia ingat sesuatu. Rumah Jaemin. Rumah Jaemin pasti sedang kosong sekarang karena sang pemilik sedang pergi ke luar. Ah, tapi-

"Bentar, rumah Jaemin di mana sih? Selama ini gue ngga tau rumah dia," gumam gadis itu. Memang benar kenyataannya bahwa ia sama sekali tak tahu rumah Jaemin karena laki-laki itu selalu punya alasan agar Eunseo dan teman-temannya tak pergi kerumahnya.

[COMPLETED] CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang