Satu minggu telah berlalu. Dalam satu minggu itu pula, Eunseo, Ten dan Renjun tak membahas perihal kasus pembunuhan yang sedang mereka selidiki. Mereka fokus belajar untuk UAS dan setelahnya, mereka akan mendapat libur panjang. Itu berarti kabar bagus. Karena selama liburan, mereka bebas kesana kemari untuk membahas kasus pembunuhan itu tanpa memikirkan tugas-tugas dari dosen. Bahkan mereka memiliki harapan yang sama, menemukan si pelaku sebelum liburan musim panas berakhir.
"Liburan besok lo ada rencana mau pergi ngga, Seo?" tanya Ten pada Eunseo sambil berjalan menuju kelas.
"Hm... engga si. Kenapa emang?" tanya Eunseo balik. Namun tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya, berdiri menghadap Ten, kemudian menatapnya tajam.
"LO MESTI MAU BALIK THAILAND YA?!" pekiknya hingga urat-urat dilehernya terlihat. Segera mungkin laki-laki itu membungkam mulut Eunseo."Ngga usah ngegas bisa?"
"HNNGGG MWINGGIR!"
Setelah Ten menyingkirkan tangannya, gadis itu membuang napas lega.
"Tangan lo bau ee," celetuk Eunseo sambil memutar tubuhnya-berjalan lagi dengan langkah lebih cepat.
"Enak aja! Sebelum berangkat pake pomade dulu tau biar wangi," kata Ten yang langsung mendapat decihan dari Eunseo. Ten kemudian mengekor dengan langkah lebih lambat sambil memikirkan pertanyaan dari sahabatnya tadi. Sebenarnya Ten ada rencana untuk pulang ke negaranya. Biasanya hanya satu minggu. Namun, rasanya berat karena harus meninggalkan Eunseo selama satu minggu itu. Tapi di sisi lain, Ten sangat merindukan keluarganya. Ia ingin pulang untuk bertemu keluarganya. Apa Ten harus-
"Seo," panggil Ten sambil menjinjing ransel hitam di bahu kanannya. Si pemilik nama pun menggumam, "Hm?"
"Mau ikut gue ngga?" tanya Ten sambil tersenyum tipis. Ia berharap jawaban Eunseo sesuai ekspektasinya.
"Kemana?" tanya Eunseo malas. Ia terus berjalan tanpa melirik laki-laki dibelakangnya sedikitpun. Ada rasa sedih saat ia membayangkan jika Ten benar-benar akan pulang ke negara asalnya. Entah harus apa dirinya tanpa kehadiran Ten. Mungkin akan berdiam diri dirumahnya hingga sahabatnya itu kembali.
"Pulang sama gue, ke Thailand," jawab Ten.
Gadis didepannya itu menghentikan langkahnya. Ia diam sejenak, mencoba mencari kalimat yang tepat untuk menjawabnya. Ten menunggu gadis itu berbalik kearahnya. Merasa cukup lama, laki-laki itu pun akhirnya berdiri di samping kanan Eunseo dan menghadap gadis itu. Merasakan kehadiran Ten, Eunseo melirik sejenak dengan raut wajah yang mudah ditebak. Eunseo merasa bimbang, sedih dan senang. Kebimbangan itu karena Ten mengajak Eunseo pulang ke kampung halamannya. Jawaban Eunseo nantilah yang akan menentukan perasaannya. Sedih atau senang.
"Gimana? Lo mau ngga?" tanya Ten. Eunseo melirik sahabatnya sejenak, lalu tersenyum tipis.
"Apa yang bikin lo harus mikir dua kali?" tanya laki-laki itu lagi sambil menyilangkan kedua tangannya. Eunseo kembali berjalan dengan langkah kecil.
"Gue sendiri juga ngga tau apa yang bikin gue mikir-mikir buat ikut lo pulang," jawab Eunseo dengan pandangan tetap lurus. Mendengar jawaban itu, Ten tertawa.
"Ih kenapa sih? Ada yang lucu emang?" tanya Eunseo dengan dahi berkerut.
"Ngga. Paling lo ngga mau ninggalin Yuqi, ya kan?" Ten mencoba menebak alasan kebimbangan sahabatnya itu.
"Engga tuh. Bodoamat mah kalo Yuqi. Dia mainnya sama Lucas terus, nyebelin, gue di duain mulu perasaan. Kalo bukan temen dari kecil udah gue slepet tu anak dua."
Ten tertawa lagi.
"Terus kenapa dong?"
Eunseo diam sejenak. Ia tersenyum, lalu berkata, "Ya... cuma ngga bisa lama-lama aja ninggalin kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Mystery / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack