Sinar matahari menembus kaca jendela kamar Eunseo. Gadis itu menyipitkan mata karena silau. Ia mengerang karena malas untuk bangun. Sekarang hari minggu. Eunseo sangat ingin bermalas-malasan, tapi perutnya sangat lapar sedangkan semua persediaan makanan sudah habis. Hanya tersisa minuman soda dan keripik sebagai camilan sehari-harinya. Tidak mungkin untuk memakan keduanya di pagi hari, kan? Eunseo sangat menjaga tubuhnya.
Setelah selesai mandi, ia pergi berbelanja seorang diri. Di pasar ada banyak sekali bahan makanan ataupun camilan yang bisa dia dapatkan dengan mudah. Bahkan Eunseo sangat mengenal para penjualnya.
Bibi Hani adalah penjual seafood favoritnya. Dia selalu menghabiskan beberapa menit untuk bercanda. Ya, tujuannya hanya satu. Mendapatkan seafood dengan harga murah. Mengingat uangnya yang semakin hari semakin menipis. Sebisa mungkin ia harus berhemat dengan mendapatkan barang diskonan atau beli satu gratis satu.
"Bibi, katanya Bibi punya anak laki-laki? Kenalin ke aku dong, hehe," goda Eunseo dengan tingkah selucu mungkin. "Iyaa, tapi dia lagi sibuk belajar," jawab Bibi itu dengan ramah sambil menata udang-udang besar yang baru saja datang. "Berapa umurnya?" tanya Eunseo sambil memilih-milih udang. Bibi itu membisikkan sesuatu di telinga Eunseo, "Sepuluh tahun. Hahaha!" Merasa di tipu, gadis itu menahan rasa kesalnya dengan tertawa garing, lalu ia bergumam, "Kirain."
"Jadi, kamu mau ambil yang mana?" tanya Bibi Hani yang membantu memilihkan udang yang masih segar dan besar.
"Ini aja, Bi," Eunseo menyodorkan beberapa ekor udang. Bibi itu mengerutkan dahinya, "Kok cuma sedikit?" Eunseo mengerutkan dagunya sembari menghela napas, "Harus hemat, Bi, hehe." Wanita paruh baya itu tertawa kecil, beliau pun memasukkan tambahan seafood ke dalam kantung plastik, ada cumi-cumi dan satu ekor ikan salmon, "Udah nih, Bibi tambahin. Buat kamu aja. Jangan makan terlalu banyak. Ini bisa bertahan 5 hari kalo dimasukkin ke freezer."
"Eh, bibi, tapi kan-"
"Udah ambil aja," suruh bibi Hani, gadis itu tersenyum lebar sekaligus merasa bersyukur ada seseorang yang berhati baik seperti Bibi Hani. Bahkan ia sudah menganggapnya sebagai ibu keduanya.
"BIBI MAKASIIIH!" Eunseo memeluk Bibi Hani cukup erat, rasanya terharu. Bibi Hani tertawa kecil," Iya sama-sama. Udah sana, cepet sarapan. Jangan terlambat, nanti sakit," pesan beliau.
"Oke! Aku pergi ya, Bi, mau cari sayuran. Dadah! Love you Bibi!" Pamit Eunseo yang langsung diangguki oleh Bibi Hani. Setelah melambaikan tangan, gadis itu membeli beberapa sayuran sebelum pulang. Saat sedang memilih sayuran, tiba-tiba seseorang berteriak ketakutan. Semua orang yang ada di sana beralih pandang ke arah wanita paruh baya yang berteriak itu.
Beberapa orang menghampirinya. Seketika suasana menjadi tegang dan orang-orang ketakutan. Eunseo pun menghampirinya karena penasaran. Tiba-tiba saja tubuhnya bergetar, bulu kuduknya berdiri, mata dan bibirnya membulat, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat saat itu.
Darah segar mengalir dari bawah tong sampah berukuran satu kali setengah meter. Darah itu menetes dan mengalir perlahan-lahan yang membuat semua orang bergidik ngeri. Ada juga yang menutupi hidungnya karena bau amis darah.
"Saya lapor polisi!" Eunseo segera mengambil ponsel dari saku celananya untuk menghubungi layanan darurat. Ia pun menekan tombol telepon setelah menekan angka 112. Tak lama, telepon tersambung dan Eunseo berjalan sedikit menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Mystery / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack