10.45 p.m.
"Heh udah malem, buru balik. Takutnya ada polisi yang mau ronda di sini," kata Ten setelah ia melirik arloji di tangan kirinya. Eunseo dan Renjun sama-sama melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan mereka.
"Padahal tadi kesini jam setengah tujuh. Tau-tau aja udah jam segini," sahut Eunseo sambil menyampirkan totebag-nya ke bahu, lalu ia bangkit dari duduknya, di susul Ten dan Renjun.
"Kalian tadi ngga nyentuh apa-apa kan?" tanya Renjun untuk memastikan kembali kalau kedua temannya itu tidak meninggalkan sidik jari mereka di ruang cctv.
"Kayanya engga," jawab Ten kurang meyakinkan.
"Tanggung jawab lo ya? Gue udah bilangin tadi," ucap Renjun.
"Tanggung jawab bersama lah! Lagian lo egois banget cuma nyediain sarung tangan buat lo doang," cibir Ten.
"Ya salah lo juga ngga punya inisiatif bawa sendiri dari rumah!"
"Udah si brisik banget. Ayo buru. Oh, ya, pintu masuk masih ada serpihan bedak gue gimana?" tanya Eunseo.
"Lo bawa air ngga?" tanya Renjun sambil mematikan lampu ruang itu.
"Ada," jawab Eunseo sambil mengorek tasnya untuk mengambil botol mineralnya. Setelah mereka semua keluar dari ruangan itu, Renjun langsung meneteskan sedikit air ke sarung tangannya, lalu menghapus serpihan bedak di sekitar pintu dan juga pada smartcode door locks.
"Dah selesai."
Setelah memastikan semuanya aman tanpa jejak mereka yang tertinggal, kecuali jejak sepatu, mereka pun pergi. Tentu saja sebelum keluar dari ruang rahasia, mereka mengintip apakah ada polisi yang berjaga atau tidak. Setelah memastikan kamar milik Chenle aman, mereka pun keluar dan menutup pintu rahasia itu. Dengan langkah pelan namun pasti, mereka keluar dari kamar Chenle. Suasananya masih sama, terasa horror dan mencekam. Apalagi malam mulai larut, membuat bulu kuduk mereka berdiri karena hawa yang semakin dingin menusuk pori-pori kulit mereka.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka akhirnya bisa keluar lewat belakang rumah Chenle, seperti awal mereka datang karena pintu utama di batasi aksesnya.
"Btw polisinya kok bego si belakang rumah ngga di kasih police line?" tanya Ten asal.
"Polisinya udah pada tua jadi pikun," celetuk Eunseo yang membuat Renjun terkekeh. Mereka rasa, Renjun jarang tertawa dan lebih sering menunjukkan ekspresi dinginnya.
Setelah berhasil keluar dari area rumah Chenle, mereka pun bergegas masuk ke dalam mobil. Kemudian, Ten mulai menyalakan mesin dan melajukan mobilnya untuk mengantar Renjun pulang. Beberapa menit dalam perjalanan, mereka pun sampai.
"Lo besok beneran ngampus kan?" tanya Ten agar lebih jelas. Dia cukup merindukan teman baiknya itu. Renjun diam sejenak. Ia tersenyum tipis, lalu berkata, "Besok ngantin bareng. Gue tunggu di tempat biasa. Gue balik, kalian hati-hati."
Eunseo dan Ten tersenyum pada Renjun. Setelah laki-laki itu memasuki rumahnya, Ten baru menjalankan mobilnya-memastikan kalau Renjun sampai ke dalam rumah dengan aman.
"Udah lo tidur aja, Seo," kata Ten.
"Ngga bisa. Kayanya sampe rumah tetep bakal ngga bisa deh, Ten, walaupun ngantuk," ucap Eunseo.
"Emang kenapa?"
"Rasa penasaran gue makin besar sama si pelakunya. Gue ngga sabar buat tau siapa dia sebenernya."
"Ya gue juga sama si. Untung banget kita bisa nemu ruang cctvnya. Berkat kita semua, haha!"
Eunseo tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Mystery / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack