"Gue juga lapor, kalo gue saksi dari pembunuhan Park Jisung."
Setelah mendengar pernyataan itu, Eunseo dan Ten diam sejenak sambil memandang laki-laki didepan mereka. Eunseo bahkan sudah menduganya kalau Renjun akan mengatakan hal itu pada polisi.
"Bagus deh. Seengganya udah jelas kalo Chenle bukan pelaku pembunuhan Jisung," kata Eunseo.
"Mark gimana? Belum ada yang tau kan siapa yang bunuh Mark?" tanya Ten.
"Belum. Tapi..." Lagi-lagi Renjun menggantungkan ucapannya. Ia mengulum bibirnya. Diwajahnya jelas sekali dia sedang menahan amarahnya.
"Tapi kenapa?" Ten bertanya.
"Pelakunya ngga kerekam kamera cctv karena mati listrik. Kata detektif Sojung, itu disengaja. Kemungkinan ada dua orang pelaku, yang satu ke ruang panel listrik buat ngelabuhin orang-orang dan yang satu lagi si pelaku itu. Waktu listrik mati, si pelaku mulai beraksi. Waktu selesai bunuh Mark, dia pergi dan listrik dinyalain lagi sama pelaku yang lain. Kejadian kaya gitu udah sering ditemuin sama detektif Sojung dan kasus kali ini sama persis."
"Oke gue nger-" ucapan Ten terputus. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya sekarang. Kejadian itu, kejadian saat ia mengejar orang asing yang pelakunya berpindah ke apartemen Ten.
"Kenapa Ten?" Eunseo bertanya.
"Seo, mungkin ngga kejadian ini sama kaya waktu gue ngejar orang asing yang neror kita? Masalahnya ruang panel listrik apartemen gue itu ada di jalur tangga evakuasi. Se-lantai sama basement."
Eunseo mengedarkan pandangannya ke arah bawah, mencoba berpikir sejenak tentang kemungkinannya.
"Bisa jadi, Ten. Coba ntar kita kesana. Tanya penjaga ruang cctv-nya, waktu itu mati listrik apa engga. Kalo iya, bisa jadi pelakunya itu sama," kata Eunseo, Ten mengangguk mantap.
"Cuma itu yang bisa gue infokan ke kalian. Sisanya tentang pertemanan gue sama gengnya Chenle."
Eunseo dan Ten mengangguk.
"Ya udah gue balik. Thanks, Jun," ucap Ten sambil menepuk bahu Renjun, kemudian ia dan Eunseo beranjak dari kursi mereka. Namun sebuah berita dari ponsel milik seseorang telah menarik perhatian mereka. Seorang pengunjung itu baru saja tiba sambil melihat berita yang kini tengah menjadi topik perbincangan di kalangan masyarakat.
"Kak, bisa besarin volumenya?" tanya Renjun pada seorang pengunjung yang kini sudah duduk diseberangnya. Pengunjung cafe itu pun memperbesar volume ponselnya.
"...pihak kepolisian telah membeberkan ciri-ciri pelaku pembunuhan PJ beberapa waktu lalu dari seorang saksi yang melapor. Menurut keterangan polisi, saksi melihat pelaku mengenakan pakaian hitam, mengenakan topi, masker dan bertudung, berbadan kurus dan membawa pisau yang diyakini sebagai pisau militer. Bukan hanya itu, saksi melihat pelaku membawa sebuah kotak yang diyakini sebagai tempat untuk menaruh lidah korban yang telah dipotong..."
"Jun," Ten tiba-tiba memanggil. Sang pemilik nama menoleh pada Ten dengan wajah cemasnya.
"Hm?"
Ten mengisyaratkan untuk pergi dari cafe. Sebelum pergi, Renjun pun sempat mengucap terima kasih pada pengunjung cafe itu. Mereka memutuskan untuk mengobrol di mobil Ten. Setelah masuk mobil, Ten masih diam. Dia merasa khawatir dan takut jika nantinya si pelaku tahu bahwa Renjun lah saksi dari pembunuhan Jisung. Bagaimana jika lidah Renjun menjadi sasaran selanjutnya?
"Gue tau. Gue sasaran selanjutnya, Ten."
"Kenapa lo?"
"Si pelaku..." Eunseo menyahut.
"Dia pasti ngincer orang yang udah ikut campur urusannya dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Mystery / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack