05 - Met With Mark

808 85 11
                                    

"Hah? Kok lo tau?" tanya Ten yang terkejut karena Eunseo mengetahui daerah asal Mark.

"Gue cari di website kampus. Kita ke Apgujeong sekarang," jawab Eunseo.

"Lo tau rumahnya?" tanya Ten lagi. Eunseo menggeleng.

"Lah, kok lo ngga tau? Masa iya kita kudu ndatengin rumah orang satu-satu buat cari Mark?"

"Udah yang penting ke Apgujeong dulu," final Eunseo dan Ten mengiyakan. Mereka pun hening sejenak. Ten merasa jika sahabatnya itu menyembunyikan sesuatu.

"Lo utang cerita sama gue, Seo."

➖➖➖

Sesampainya di Apgujeong, mereka berhenti di sebuah cafe yang berseberangan dengan apartemen. Mereka memutuskan untuk berbincang di cafe.

Setelah memesan dan membayar minuman, Eunseo dan Ten duduk di kursi paling pojok dekat jendela. Tak lama, pesanan mereka datang.

"Kita mau cari kemana coba?" tanya Ten setelah menyeruput iced americano-nya, Eunseo malah mengendikkan bahu, lalu menyeruput milkshake rasa coklat miliknya.

"Kok ngga tau? Buang-buang bensin gue aja lo, ah!" kesal Ten, Eunseo hanya menatap Ten santai.

"Oh, ya, lo utang cerita sama gu-"

BRUK!

Eunseo mengeluarkan sebuah buku dan meletakkannya di depan Ten.

"Kayanya gue harus ngasih tau lo sekarang. Gue butuh bantuan," kata Eunseo. Ten menatap buku itu dan Eunseo secara bergantian. Ia mengerutkan dahinya, lalu membuka buku itu tanpa bertanya.

Ten membuka selembar demi selembar halaman buku itu dan sampai pada halaman dimana Eunseo membuat mind maping.

Ten jelas terkejut melihatnya, ia mengerutkan dahi.

"Lo sampe bikin kaya ginian?" tanyanya yang langsung di angguki Eunseo.

"Sebenernya ini bukan tugas gue atau pun lo. Tapi gue pengen bantu polisi buat menguak kasus ini. Gue udah terlanjur tertarik, jadi ngga bisa berhenti di tengah jalan. Sebenernya belum sampe tengah jalan si, gue baru mulai," tutur Eunseo dengan suara pelan.

Ten terperangah dengan inisiatif sahabatnya itu. Ten diam sejenak, lalu ia berkata, "Gue ikut."

Eunseo tersenyum pada laki-laki didepannya itu. Baiklah, jika Ten ikut, setidaknya akan meringankan beban pikiran Eunseo tentang kasus pembunuhan itu, atau barangkali Ten akan mengeluarkan ide atau pendapatnya yang mungkin bisa membuat kasus itu terpecahkan dengan cepat.

"Lo baca-baca aja apa yang gue tulis di situ. Barangkali lo nemu atau inget sesuatu buat gue tulis," ujar Eunseo dan Ten mengangguk.

"Emang lo butuh info apa aja?"

"Semuanya kalo bisa. Latar belakang, masalah-masalah yang mereka punya sampe awal kasus ini,"

Laki-laki itu mengangguk kecil, kemudian membaca dengan seksama apa saja yang Eunseo tulis dalam buku itu.

"Nama Renjun kenapa lo lingkarin merah?" tanya Ten saat ia melihat nama Huang Renjun di lingkari oleh pulpen merah.

[COMPLETED] CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang