09 - Renjun?

666 70 16
                                    

"Jun, Renjun?"

Mendengar nama Renjun disebutkan, mata Eunseo langsung membelalak. Ia mencoba berpikir dan mencocokkan nama Hun dengan Jun. Masuk akal juga.

Gadis itu pun juga mencoba menirukan cara bicara Jisung yang tidak jelas saat meminta tolong.

"Hohong, itu artinya tolong," Eunseo mulai menerjemahkan apa yang Jisung coba sampaikan. Ten menyimaknya dengan seksama.

"Hun, itu artinya..." ucapan Eunseo menggantung, dia kurang yakin jika yang di maksud Jisung adalah-

"Jun," akhirnya, Ten menyambungkan ucapan Eunseo.

"Oke, Jun."
"Hakih, itu artinya sakit,"

"Sakit?"

Eunseo mengangguk, Ten langsung bergidik ngeri. Dia membayangkan kalau dirinya berada di posisi Eunseo yang mendengar rintihan itu.

"Hun, hohong hue. Artinya, Jun, tolong gue, dan setelah dia ngomong 'gue', semuanya langsung gelap dan dia teriak," setelah mengucap kata terakhir, Eunseo menggeleng dengan cepat sambil menutup telinganya. Teriakan itu masih saja terngiang diotaknya. Teriakan yang begitu menakutkan, memilukan, sekaligus membuatnya merasa kasihan dan ingin menolongnya.

"Lo ngga papa, Seo?" tanya Ten sambil menggoyangkan sedikit bahu Eunseo.

"Ngga, ngga papa," kata Eunseo, lalu ia meneguk sodanya lagi. Ten membuang napas panjang, dia takut dada Eunseo sesak lagi.

"Lo masih sesek ngga?" tanya Ten, Eunseo menggeleng, "Udah ngga sesering dulu. Gue udah ngga mau ketergantungan obat lagi. Kalo pun kambuh, gue cuma berusaha netralin napas. Kalo udah bener-bener sakit, baru gue minum obatnya," jawab Eunseo.

"Ya udah, yang penting lo jangan sampe pingsan lagi. Gue takut," kata Ten sedikit lirih sambil mengusap puncak kepala gadis didepannya. Eunseo menatap Ten sejenak, lalu tersenyum kecil. Kini mereka duduk bersila di atas amben. Pandangan mereka tertuju pada satu arah, N Seoul Tower, yang berdiri menjulang di atas bukit.

"Menurut lo, itu Renjun?" Eunseo bertanya setelah beberapa saat hening.

Ten menoleh, lalu bergumam, "Hm?"

"Yang Jisung sebutin, Hun, itu Renjun?"

"Iya, gue yakin. Setahu gue, dia ngga punya temen yang namanya Jun selain Renjun. Kita juga harus nemuin Renjun secepatnya," kata Ten.

"Tapi mau cari ke mana?"

Pertanyaan itu membuat Ten menghela napas panjang. Ke mana lagi mereka harus mencari Renjun selain kerumahnya?

"Biasanya dia suka pergi ke mana?" tanya Eunseo.

"Gue ngga paham si. Kalo sama gue, kalo ngga ke apartemen gue, rumah dia, ya ke cafe. Itu-itu doang," jawab Ten.

"Apa mungkin dia dirumahnya? Cuma dia kaya Mark, selalu sembunyi," tebak Eunseo, kemudian Ten tampak berpikir sejenak. Tebakan Eunseo masuk akal juga.

"Bisa aja sih. Mau ke sana lagi? Tapi kalo ngga ada-"

"Kita ke sana dulu aja. Kita tungguin dan pantau rumahnya dari dalem mobil sampe Renjun keliatan, gimana?" usul Eunseo.

"Lo yakin? Kalo sampe tengah malem dia ngga nongol gimana?"

"Ya tungguin sampe pagi-"

"WAH NGARANG LO!"

"Ya terus?"

"Besok masih harus kuliah, Seo. Gue harus tidur delapan jam-"

"Ya lo tidur aja sonoh delapan jam, gue yang mantau Renjun,"

[COMPLETED] CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang