Pandangan mata Eunseo langsung tertuju pada arah di mana seseorang mengambil gambar dirinya. Gadis itu menajamkan penglihatannya, namun nihil. Tidak ada siapa pun di sana, bahkan ia sudah mencari-cari ke segala arah dan sama sekali tidak menemukan orang yang memotretnya.
"Bukan Ten kan?"
Eunseo segera mengambil ponselnya kembali yang tergeletak di lantai dekat tanaman, kemudian menelepon Ten. Tak lama, terdengar suara berat di ujung sana.
"Halo hai Eunseo say-"
"Lo di mana?" tanya Eunseo dengan napas cepat.
"Masih di jalan. Kenapa emang?"
"Beneran masih di jalan kan?"
"Iya lah. Bentar nih gue klakson. (TIN) denger ngga?"
"I-iya denger-"
"Buset gue kaya orang gila tiba-tiba klakson padahal di depan gue ngga ada kendaraan. Tadi gue liat ada bapak-bapak sampe ngeliatin mobil gue gara-gara gue klakson."
"Ya lo bego si pake klakson segala."
"Kan biar lo percaya kalo gue masih di jalan."
"Sambil vidcall kan bisa!"
"Lo niat bikin gue mati apa gimana? Kalo ngga fokus nyetir gimana?"
"Udah ah, gue tutup."
"Kenapa si?"
"Ngg-ngga papa. Udah lo fokus aja nyetirnya."
"Haha, oke. Tungguin Tenten ya sayang."
"Ya buru!"
"Hahahahah!"
Sambungan di putus secara sepihak. Eunseo merasa geli saat Ten mengatakan itu padanya. Geli-geli lucu menurutnya. Mata Eunseo kembali melirik sekitar. Jelas tidak ada siapa-siapa, apalagi Ten. Laki-laki itu bahkan tidak suka bermain petak umpet, apalagi melakukan hal seperti menguntit dan memotret tanpa izin. Lagipula itu nomor siapa? Kenapa dia bisa tahu nomor ponsel Eunseo? Bahkan dia tidak punya tetangga yang dekat, apalagi memiliki kontak pribadinya.
Teman kampusnya? Tidak mungkin. Ia rasa, teman-temannya tidak akan se-mengerikan ini.
Ini aneh, sekaligus mengerikan. Eunseo akhirnya kembali masuk kerumahnya, kemudian mengambil teropong dan mengamati sekitar lewat jendela rumahnya. Benar-benar tidak ada siapa pun hingga-
"Anying kaget!"
Itu Ten yang tiba-tiba saja muncul sekelebat. Tak lama kemudian-
"SEOOO! BUKAIN WOY!" Ten memekik sambil menggedor pintu.
"Bentar!"
Perlahan, Eunseo berjalan untuk membukakan pintu-mengingat kakinya yang belum pulih total. Setelah Eunseo membuka pintu, Ten tersenyum lebar sambil memperlihatkan gigi-giginya yang kecil.
"Apa si?" tanya Eunseo.
"Lagi ngapain lo?" Ten bertanya balik.
"Ngga ngapa-ngapain," jawab Eunseo sambil berjalan ke sofa. Ia juga masih membawa teropong di tangan kirinya.
"Terus ngapain lo bawa-bawa teropong? Ngamatin ketampanan gue dari jauh ya? Iya kan?"
Jelas orang yang memotretnya diam-diam bukanlah Ten, mengingat dia adalah cowok barbar tapi tetap kesayangan Eunseo.

KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Mystery / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack