22 - Killed Him

575 73 14
                                    

"Saya Na Jaemin."

Pria paruh baya itu terdiam sejenak setelah seseorang didepannya memperkenalkan diri dengan cara yang mengerikan. Dia, Na Jaemin, membuka maskernya. Kemudian, perlahan-lahan menghapus jarak antara dia dan dosen Lee. Seringaian senyumnya masih belum pudar. Hal itu membuat bulu kuduk dosen Lee Donghae berdiri, serta terlihat jelas pori-pori yang menonjol.

Perlahan-lahan, dosen Lee memundurkan langkahnya, dibarengi dengan langkah Na Jaemin yang semakin mendekat.

"Jangan mendekat," perintah dosen Lee dengan suara pelan, namun penuh penekanan. Napasnya terdengar tak karuan. Ia juga masih memegang kayu ditangan kanannya. Jaemin berhenti sejenak, lalu ia tertawa halus. Sungguh, dia mengerikan sekarang.

"Saya cuma mau main sebentar sama dosen Lee," kata Jaemin dengan nada santai, seperti layaknya orang normal. Ia kembali menghapus langkahnya dengan pelan, namun dosen Lee semakin terlihat ketakutan, bahkan kini punggungnya menubruk dinding beton. Sekarang, hanya ada dua sisi untuknya kabur, kanan atau kiri.

"SAYA BILANG JANGAN MENDEKAT!!" pekik dosen Lee sambil mengayunkan kayunya kasar. Wajah ketakutannya membuat Jaemin semakin senang.

Laki-laki itu tertawa lagi, kini sedikit mengeluarkan suara dengan tangan mengepal di depan bibir dan hidung. Jaemin terus melangkahkan kakinya pada dosen Lee. Hingga pada akhirnya, dosen Lee memberanikan diri mengayunkan kayunya secara spontan pada laki-laki didepannya. Hal itu membuat Jaemin membuang wajahnya karena terkena ayunan kayu yang dipegang dosen Lee. Walaupun hanya mengenai hidung, tapi tetap saja rasanya sakit. Darah yang mengalir dari hidung Jaemin membuat dosen Lee terkejut. Tubuhnya sangat gemetar, bahkan ia merasa kebingungan sekarang. Namun, tidak bagi Jaemin.

Jaemin justru tertawa karena ulah dosen Lee. Ketakutan pria itu justru menjadi kekuatan bagi Jaemin untuk segera membunuhnya. Perlahan-lahan, tawa Jaemin memudar. Tatapannya menjadi tajam, bahkan dosen Lee tampak lebih takut. Gemetar, ingin menangis, marah, jantung yang berdetak berkali-kali lipat serta keringat dingin yang keluar tiga kali lipat, semua itu dirasakan oleh dosen Lee saat ini. Ia tak tahu harus apa lagi selain melarikan diri dari ruang bawah tanah yang minim penerangan itu.

Darah terus mengalir dari hidung Na Jaemin. Ia masih memegangi hidungnya yang terasa nyeri. Pada saat itu juga, dosen Lee menjatuhkan kayunya, lalu berlari ke arah kanan. Ia mencoba kabur lewat jalur yang ia masuki tadi. Namun, pintu aksesnya tidak mau terbuka. Berkali-kali dosen Lee membukanya, namun tetap saja tidak bisa.

Ia pun kembali menuruni tangga untuk mencari kunci pintu itu. Saat ia sedang mencari kunci, ia melihat Jaemin sedang menatapnya tajam. Darah yang mengalir dari hidungnya sudah berhenti. Hanya saja, masih terlihat luka memar, tulang hidung yang bengkok dan juga warna merah bekas darah di sekitar hidungnya.

Ia tampak sangat tenang, namun sangat mengerikan.

Dosen Lee kembali mencari kunci pintu dengan sangat tergesa-gesa hingga menjatuhkan banyak benda disekitarnya.

"Apa dosen Lee mencari ini?" tanya Jaemin tiba-tiba sambil memperlihatkan sebuah kunci yang sedari tadi dicari-cari oleh dosen Lee.

"HHH!!!" dosen Lee tampak sangat terkejut setelah Jaemin mengangkat tinggi kunci pintu yang digenggamnya. Laki-laki itu tertawa lagi.

"Coba ambil," kata Jaemin sambil menggoyangkan kunci itu.

"Dosen Lee, ambil aja. Sini, jangan takut," sambungnya. Jaemin tertawa lagi.

"KENAPA KAMU KETAWA?!! APANYA YANG LUCU?!!" bentak dosen Lee dengan deru napas yang cepat. Wajahnya sudah pucat pasi dan penampilannya juga sangat berantakan.

Jaemin tertawa lagi. Kini ia menurunkan tangannya, namun ia memainkan kunci itu dan melemparnya kecil ke atas.

"Dosen Lee lucu. Dosen Lee kaya anak kecil yang takut disakiti orangtuanya," ucapnya, lalu tertawa kecil. 

[COMPLETED] CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang