Last chapter, happy reading :)
.
.
Mungkin keberuntungan sedang tak berpihak padaku. Maka dari itu, orang yang aku sayangi pergi satu persatu. Aku sendiri lagi. Aku kesepian lagi. Tapi bedanya, kini aku benar-benar sendiri. Semua orang terdekatku pergi begitu saja. Sekarang, siapa yang akan membuatku tersenyum saat aku sedih? Siapa yang akan membuatku tertawa? Siapa yang akan membantuku saat aku kesulitan? Dan sekarang,
Aku harus bersandar pada siapa lagi saat aku lelah? Aku harus mengadu pada siapa lagi saat aku ingin menyerah?
Semua orang pergi, benar-benar pergi. Aku belum bisa menerima bahwa Renjun benar-benar akan menggantikan kalian. Hanya saja, aku takut. Aku takut jika Renjun akan pergi seperti kalian. Aku takut, aku kesepian untuk kesekian kalinya. Aku takut, jika aku akan menangis untuk kesekian ribu kali.
Ten, Yuqi, Lucas, bisakah kalian kembali? Bisakah kalian menemaniku sebentar saja? Aku kesepian. Aku tidak tahu harus apa selain menangis. Jaemin masih kritis. Aku tidak yakin dia bisa bertahan. Aku tidak yakin, nantinya jika dia pulih, aku bisa memaafkan dan menerima dia kembali sebagai teman atau tidak. Bahkan, sekarang aku benar-benar membencinya. Aku benci laki-laki itu. Aku benci dia yang sudah mengambil nyawa kalian begitu saja. Aku benci, benar-benar benci. Rasanya aku ingin membunuhnya juga. Tapi, aku tidak bisa. Aku tak ada bedanya dengannya.
Ten, Yuqi, Lucas, apa aku menyerah saja dan ikut bersama kalian? Aku tidak sanggup untuk hidup lebih lama. Aku tidak sanggup hidup dalam kesedihan ini. Aku benar-benar ingin menyerah untuk kesekian kalinya. Aku benar-benar hancur.
Ten, Yuqi, Lucas, aku ingin menyerah.
.
.
Hal yang ia benci di dunia ini adalah bau rumah sakit. Bau itu selalu mengingatkan dirinya pada hal yang menyakitkan. Entah ke-berapa kalinya Eunseo pergi ke rumah sakit dan entah ke-berapa kalinya ia menangis karena orang-orang terdekatnya mengalami hal yang menyakitkan. Kenapa semua ini harus terjadi padanya? Kenapa tidak orang lain saja yang mengalaminya? Eunseo hanya ingin bahagia. Jika memang orangtua dan adiknya tidak diizinkan untuk hidup lebih lama bersamanya, biarkan sahabat-sahabatnya hidup lebih lama bersama Eunseo.
Terlihat kejam memang. Tapi dengan cara ini, Tuhan ingin menjadikan Eunseo sebagai sosok gadis yang benar-benar kuat dan mandiri. Gadis pemberani yang tidak bergantung pada siapa pun.
Tapi, Eunseo pun tak yakin bisa menjadi sosok seperti itu. Nyatanya, ia juga takut jika Jaemin benar-benar pergi seperti yang lain walaupun ia sendiri sangat membencinya. Ia tidak bisa melakukan apa pun selain diam dan menangis. Kalian bayangkan saja, enam orang terdekat yang paling kalian sayang dan cintai, pergi meninggalkan kalian untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi dalam kurun waktu kurang dari empat tahun dan kini, satu orang sedang di ambang kematian. Bukan dokter yang menentukan hidup dan matinya, tapi Tuhan.
Dan Tuhan bisa mengambilnya kapan saja. Manusia pun hanya bisa pasrah.
"Jahat." Eunseo bergumam di sela-sela tangisannya. Pandangan matanya menatap langit jauh dari atas jembatan sungai Han. Tak lama, Eunseo menunduk, lalu menangis lagi sambil bergumam, "Gue harus salahin siapa?" Eunseo menarik ingusnya. "Jaemin pun ngga sepenuhnya salah. Andai dulu baik-baik aja. Sekarang gue ngga bakal hancur kaya gini."
"Tuhan, aku harus gimana? Aku harus gimana lagi? Aku capek. Aku pengen nyerah. Aku pengen-"
"Ssstt..." Seseorang memeluknya dari belakang. "Jangan bilang kaya gitu lagi. Masih banyak hal yang harus lo lakuin di dunia ini. Jangan nyerah. Jangan takut. Gue di sini. Ten kasih gue kepercayaan sepenuhnya buat jaga lo, Seo. Gue janji ngga akan kemana-mana-"
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CRIMINAL
Misteri / ThrillerApa kau tahu pelajaran apa yang paling berharga di dunia yang kejam ini? Mengenal rasa sakit. Kau tidak tahu apa yang ada di hati seseorang saat kau membuka mulutmu itu. WARNING⚠️🔞 © piscack, 2019 cover by © piscack