31 - That Person

462 68 3
                                    

"Jaemin. Gue lagi cari tau tentang dia."

Renjun membuang napasnya sejenak, lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Gue rasa, dia orangnya."

Terkejut? Tentu saja. Kedua mata laki-laki itu bahkan membulat sempurna dengan sedikit cairan bening didalamnya. Hawa ditubuhnya terasa panas serta sedikit getaran ditangannya. Ten pikir, Renjun gila karena berani mencurigai teman dekatnya itu. Menurut Ten selama ini, tidak ada sesuatu yang aneh dari sosok Jaemin. Walaupun agak dingin, tapi Jaemin adalah orang yang baik dan pengertian. Tapi apa ini? Kenapa tiba-tiba Renjun mengatakan hal yang membuat hati Ten merasa sakit?

"Maksud lo apa?" tanya Ten dengan nada dingin. Jelas, dia merasa tak terima.

"Maksud gue?" Renjun bertanya balik dengan nada yang serupa sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kenapa lo bawa-bawa Jaemin? Kenapa lo mau tau tentang dia? Emang lo punya kecurigaan apa?" tanyanya berturut-turut. Tatapan matanya berubah menjadi tajam. Renjun yang melihat kekesalan Ten pun mengerutkan dahinya.

Ah, ya, dia baru sadar kalau Jaemin adalah teman dekatnya. Wajar saja kalau Ten merasa tak terima.

"JAWAB GUE!" Ten langsung saja bangkit dan menyambar kaus Renjun begitu saja. Refleks laki-laki yang ditarik itu ikut berdiri. Ten menatap tajam ke arah mata Renjun dengan jarak kurang dari lima senti dan tatapannya kini terlihat lebih tajam dan merah.

"Lepasin gue," suruh Renjun dengan tenang. Tubuhnya masih diam, tak melawan sama sekali. Namun, dari sorot matanya terlihat jelas emosi yang sedang ia pendam. Dia juga merasa marah pada Ten yang tiba-tiba melayangkan tatapan tajam dan menarik kausnya seperti ini.

"JAWAB GUE DULU! KENAPA LO BAWA BAWA JAEMIN?!" Ten masih belum tenang. Renjun pun memalingkan wajahnya, menengadah, lalu membuang napasnya kasar. Kedua tangannya bergerak tiba-tiba untuk menyingkirkan cengkeraman tangan Ten yang semakin kuat. Dia juga merasa sesak.

Saat Renjun berusaha melepas tangan Ten dari kausnya, Ten malah semakin mengeratkan cengkeraman tangannya. Laki-laki itu masih saja menatap tajam Renjun dengan napas tak beraturan.

"TEN!" Renjun yang kehabisan kesabaran pun dengan berani membentak dan menepis kedua tangan Ten dengan seluruh tenaganya. Tubuh Ten goyah dan hampir saja terjatuh. Namun, ia berhasil menyeimbangkan tubuhnya kembali.

Bukan tatapan biasa lagi dari Renjun, tapi tatapannya berubah sama seperti Ten. Seakan-akan, mereka seperti dirasuki iblis.

"Bisa ngga lo ngga usah emosi dulu?" suara Renjun kembali lirih, namun masih terdengar dingin. Ten dengan cepat membuang wajah sambil membuang napasnya kasar.

"Bisa ngga lo langsung jawab pas gue selesai tanya?"

"GIMANA GUE MAU JELASIN KALO LO-NYA EMOSI?! LO GOBLOK APA GIMANA SIH, TEN?!"

BUG!

Dengan cepat, Ten memukul pipi Renjun karena merasa tak terima dimaki. Renjun yang tumbang hingga tubuhnya menubruk sofa dan meja pun membuat Eunseo bangkit untuk melerai keduanya. Baru saja Ten akan mengulangi perbuatan buruknya lagi, Eunseo langsung saja menarik tangan Ten.

"TEN UDAH!" bentak Eunseo sambil berusaha menarik Ten menjauh dengan seluruh tenaganya. Renjun jelas kesakitan. Wajahnya terasa perih dan juga ngilu. Pukulan Ten benar-benar mengerikan hingga rasanya ingin mati.

Ten pun menepis tangan Eunseo kasar, kemudian membentaknya balik, "SEO, LO NGGA TAU APA-APA!"

"GUE TAU! GUE DENGER SEMUANYA!" jangan kira Eunseo tak bisa melakukan hal yang serupa. Dia juga merasa kesal dengan Ten yang begitu emosi hingga sahabatnya sendiri ia perlakukan kasar.

[COMPLETED] CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang