Steffi mencoba untuk berlari sekencang mungkin.
Apa yang mereka bicarakan memang bukan apa-apa bagi Steffi tapi apa yang mereka bicarakan itu Steffi paham maksudnya.
Ya, Steffi bukan orang bodoh yang ga ngerti kok.
Tapi, sebenernya Steffi itu lari bukan untuk lari dari mereka.
Panggilan alam yang buat Steffi tak tahan.
Minum susu dingin pagi-pagi tiba-tiba membuatnya mulas hehe. Steffi lupa minta beliin susu hangat, tadi Tira beliinnya susu kalengan dari kulkas yang otomatis dingin.
"Steffi!!!." Panggil Tira panik.
"Apa?." Tanya Steffi polos sambil mencuci tangannya di westafle setelah panggilan alamnya selesai.
"Lo kenapa? Kata Bagas lo juga nangis?." Tanya Tira.
Tadi pas ngejar Steffi, Tira papasan juga sama Iqbaal, dan Iqbaal bilang Steffi nangis.
Akhirnya Tira sama Bagas ngejar Steffi, dan saat melihat Steffi masuk kekamar mandi, Iqbaal memutuskan untuk nunggu diluar.
"Ohh, tadi dia nahan tangan gue sedangkan gue udah ga kuat mules. Sampe nangis hehhee." Jawab Steffi.
Steffi jujur kok, meski omongan dari siswi itu emang tajam. Tapi Steffi gakkan terpengaruh karena Steffi memang tidak seperti itu.
Tira menghela nafas lega.
"Gue kira lo lari dan nangis gara-gara omongan sambel-sambel tadi." Ujar Tira.
"Hahaha ngga lah, maaf banget nih ya gue ga kayak apa yang mereka omongin kenapa gue harus lari dan tersinggung?."
"Tapi lo mules disaat yang ga tepat, mereka ngira lo malah ngindar dari mereka dan mereka bakal ngerasa bener dengan apa yang mereka omongin."
"Itu sih urusan mereka. Gue ga peduli sama penilaian orang lain selama orang terdekat gue tau nilai gue sebenarnya." Steffi tersenyum.
Tira ikut tersenyum, ya meski mereka itu 11 12, tapi Tira anaknya bertindak tanpa berpikir, nah kalo Steffi berpikir sebelum bertindak.
Jadi ya yang membedakan mereka berdua itu ya itu aja kayaknya. Hehe.
Steffi dan Tira keluar kamar mandi.
"Loh Iqbaal? Ngapain depan kamar mandi cewe?." Tanya Steffi kaget liat Iqbaal yang lagi senderan ditembok dekat pintu masuk kamar mandi cewe.
"Lo gapapa?." Bukannya jawab Iqbaal malah balik nanya.
Ya namanya khawatir kan gimana?.
"Gue gapapa, emang kenapa?." Steffi bingung.
"Tadi lo lari dan nangis." Jawab Iqbaal.
"Ahhh. Itu gue mules, udah ga tahan, eh lo malah nahan gue."
"Tapi lo nangis sebelum gue tahan. Lo juga bahkan ga liat gue yang udah senyum sama lo."
"Itu karena gue kelilipan pas lari, terus gue ga liat lo soalnya gue fokus lari menuju kamar mandi."
Iqbaal tersenyum lalu mengusap lembut puncak kepalanya.
"Lain kali jangan buat gue khawatir ya." Ujar Iqbaal lembut sambil menatap Steffi dan tersenyum.
Seketika Steffi terhipnotis.
"Aduhhh!." Keluh Steffi saat bola berwarna oranye memantul tepat dikepalanya.
Iya, itu bola basket.
"Lo gapapa?." Si pelaku pelempar bola itu berlari menghampiri Steffi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Savior
Teen FictionGimana jadi kalo tiba-tiba orang yang pernah lo suka, bahkan pernah nolak lo dateng ke lo dan minta lo jadi pacarnya? Bahagia? Ngga! Karena dia cuma minta lo jadi pacar pura-puranya demi menyelamatkannya dari perjodohan kuno antara keluarganya...