Savior - Empat Puluh Empat

510 44 23
                                    

"Lo baru pulang?."

Azlan menatap adiknya lalu mengangguk.

"Dari mana? Makam mamah Rahma?." Tanya adiknya lagi dan Azlan mengangguk lagi sebagai jawaban lalu berjalan melewati adiknya menuju kamarnya.

"Kenapa ga ajak gue? Kan gue bilang gue juga mau nengok mamah Rahma, meski mamah Rahma bukan mamah kandung gue, dan gue belum pernah ketemu sama dia, tapi gue tetep sayang sama dia kayak lo sayang sama mamah Tiana." Kata adiknya yang mengikuti Azlan dibelakangnya menuju kamar Azlan.

Azlan berhenti lalu berbalik untuk menatap adiknya.

"Lo sayang sama mamah Rahma?." Tanya Azlan.

"Iyahlah. Gue sayang sama mamah Rahma segimana lo sayang sama mamah Tiana." Jawab Adiknya.

Azlan tersenyum.

"Lo sayang sama gue juga?." Tanya Azlan lagi.

"Ngapain sih lo nanya sesuatu yang udah pasti lo tau jawabannya." Adiknya menatap Azlan kesal.

Azlan memegang kedua bahu adiknya.

"Kalo lo sayang sama gue lo pasti mau kan turutin perkataan gue?."

"Apa?."

Azlan menghela nafas pelan.

"Lupain Bagas." Ujar Azlan.

"Apa?! Sejak kapan lo ikut campur soal perasaan gue? Gue tau lo gasuka sama Bagas, tapi lo gabisa sesuka hati lo nyuruh gue buat lupain Bagas kayak gitu." Protes adiknya tak terima.

"Yura. Bagas udah ada Steffi. Gue sayang sama lo, gue mau lo bahagia, lo masih muda, lo bisa dapat yang lebih baik dari Bagas. Jangan terus siksa diri lo sendiri dengan menyukai orang yang gabisa lo gapai." Kata Azlan dengan lembut.

Iya, Yura. Kaka kelas yang ngejar-ngejar Iqbaal itu adalah adik tirinya Azlan.

"Kenapa tiba-tiba lo ngomong gini?." Tanya Yura.

"Karena gue tau rasanya mencintai seseorang yang gabisa kita gapai. Lo tau? Setelah gue milih untuk move on, hidup gue terasa lebih baik. Gue lebih bisa nikmatin hidup, meski ya cara gue salah." Jawab Azlan.

Azlan menatap Yura.

"Gue tau, Bagas cinta pertama lo. Tapi gue gasuka tiap kali liat lo rendahin diri lo buat kejar Bagas, gue janji gue akan hilangin semua rasa kesal gue, rasa dendam gue sama Bagas. Kita buka lembaran baru." Azlan tersenyum pada Yura.

Yura langsung menghambur dalam pelukan Azlan.

"Makasih, lo udah mau perhatiin gue. Kak." Gumam Yura.

"Sama-sama. Meski kita bukan saudara kandung, tapi kita adalah keluarga. Maaf dulu sempet ga terima lo sama mamah Tiana." Ujar Azlan lembut.

"Gapapa! Gue tau pelan-pelan lo pasti terima gue sama mamah."

SAVIOR

3 hari berlalu.

Steffi sekarang lagi tiduran dipaha nenek.

"Nira, jangan tutup hati Nira untuk keluarga kandung Nira, nenek gakkan selamanya bersama Nira. Nira harus mulai terbiasa sama keluarga kandung Nira." Kata nenek lembut sambil mengusap lembut rambut Steffi.

"Nenek ngomong apa sih? Nenek harus panjang umur, nenek harus liat Nira lulus SMA, harus liat Nira jadi sarjana, harus liat Nira nikah, harus liat Nira punya anak. Pokoknya nenek jangan mikir macem-macem." Balas Steffi.

SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang