I am A Loser

3.8K 199 68
                                    

Second place is a nice title for the first loser. Dan entah kenapa, posisi kedua selalu menyertai hidup gue.

Lahir di keluarga yang menuntut anak-anaknya menempati posisi yang hebat. Dan tentu saja, pekerjaan sebagai fotografer bukan merupakan posisi yang tepat menurut Ayah. Berbeda dengan Abang gue yang pada usia muda menjadi Manajer disalah satu perusahaan BUMN.

Maybe the truth is, there's a little bit of loser in all of us. Gue ga pernah mempermasalahkan perbedaan jauh antara privilege menjadi orang sesukses Abang, dengan gue yang cuma berfungsi sebagai pembanding. He deserves it. Gue tau usaha dia sebesar apa.

Namun ketika untuk kedua kalinya gue 'kalah' lagi, akhirnya menyadarkan betapa pecundangnya seorang Gracio Harlan.

Segitu payahnya kah gue, padahal cowok yang buat Shani tergila-gila pergi tanpa kabar selama hampir 3 tahun. Dan selama 3 tahun itu pun gue ga bisa mengambil hati Shani?

Shan,

Aku yang selama ini berjuang tidak pernah terlihat dimatamu, sementara kamu,

disibukkan mengejar dia yang pergi meninggalkanmu.

Sedangkan aku masih disini.

Di tempat yang sama. Melihatmu dengan tatapan memuja.

Hingga pelan-pelan aku menyadari. Sekeras apapun usahaku, kamu hanya akan tetap menganggapku teman bukan?

"Kalau seandainya aku diizinkan untuk mengenalmu lebih dulu daripada Vino, apa aku punya kesempatan untuk dicintai sama kamu Shan? Apa aku bisa buat kamu kawatir sebesar kamu mengkhawatirkan Vino? But first of all, apa aku punya kesempatan buat kamu suka sama aku?"

Sebelumnya Gracio tidak pernah berniat mengutarakan perasaannya, tetapi ketika melihat keadaan Shani, look a mess akhirnya dia memberanikan diri.

"Gee, you know I only love him."

"So I don't have a chance?"

"Sejak aku menyukai Vino, aku sudah tidak membuka kesempatan buat siapapun selain dia. Maybe I can give you a chance, but I think I cant give you my heart. Aku sayang kamu Ge, sungguh. Kamu satu-satunya laki-laki yang aku kasi akses ke apartemenku, yang menjadi teman berbagi keluh kesahku, yang selalu aku inget setiap keluar kota untuk kubelikan oleh-oleh. Sesayang itu aku sama kamu."

Shani menggenggam tangan Gracio yang masih menatapnya. Memperlihatkan pandangan memuja yang Shani sadari telah dia kecewakan.

"Maaf jika aku nyakitin kamu, Ge. You deserve to be happy, and that's not with me."

"Kak Cio?" Seseorang menyentuh bahu Gracio, menyadarkannya dari lamunan tentang seorang gadis yang selalu menuntut dan memenuhi pikirannya.

Gracio mendapati sosok Lala berjongkok disebelahnya, memandangnya penuh tanya. Mungkin terheran dengan dia yang duduk menikmati matahari terbit di kaca jendela teater yang tirainya sengaja dia buka. Memperlihatkan bangunan-bangunan tinggi di seberang jalan Sudirman yang entah kenapa begitu menyita perhatiannya.

"Bus nya udah mau jalan, aku duluan ya Kak. Ini buat kamu."

Lala meletakkan segelas cokelat hangat sebuah franchise ternama dan segera berlalu meninggalkannya. Anak itu sungguh lucu, selalu terang-terangan menyatakan perasaannya dihadapan teman-temannya namun akan langsung membisu jika Gracio sudah ada di dekatnya. Gracio tidak pernah menanggapi itu, pun ketika Shani sering menjahili gadis itu dengan bermanja-manjaan dengannya. Hanya untuk melihat ekspresi lucu dari anak kecil yang mulai tumbuh dewasa itu.

Shani telah mengambil porsi terlalu besar dalam hidupnya, sampai Gracio tidak pernah merasakan kehadiran orang lain disekitarnya.

Shani Indira, Iam sorry for loving you so much.

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang