sempat memilikimu

2.1K 195 480
                                    

Jika bertanya pada pria yang sedang duduk menatap hujan siapa yang pertama kali dia ingat ketika hujan turun, maka dia akan menjawab wanita itulah orangnya.

Duduk di tribun penonton sport arena yang saat ini digunakan tim basket putri berlatih, Vino yang sedari tadi sibuk dengan laptop akhirnya mengalihkan perhatian saat suara hujan yang lumayan keras terdengar menyentuh atap.

Ada banyak orang yang menemukan ketenangan dengan hanya melihat hujan, pluviophile. Salah satunya adalah Vino. Aroma petrichor selalu memberinya ketenangan, dan juga kenangan.

Hujan selalu berhasil menghadirkan kenangan yang pekat tentang seorang wanita yang saat ini telah menyerah untuk bersamanya. Entah sampai kapan mereka lelah untuk berlari dan memilih menghindar. Tidak ada pembicaraan lagi sejak Vino meninggalkan Indonesia. Tidak ada suara serak baru bangun tidur Shani yang mengucapkan selamat tidur kepadanya. Tidak juga ada lirih lembut sang istri yang mengucapkan selamat pagi.

Beberapa hari ini Vino menyibukkan diri dengan mengambil beberapa project di kelas tambahan, disamping menemani Chika yang selalu menghabiskan waktu di kampus sampai malam.

Caca tidak henti mengarahkan pandangannya pada Vino yang terlihat anteng duduk di tribun seat. Wajah seriusnya terlihat setiap kali memandang ke layar macbook yang ada di pangkuannya. Beberapa kali Vino menaikkan kacamatanya yang melorot, atau mengganti lipatan kaki yang digunakan sebagai alas laptop, hal hal kecil yang selalu Chika perhatikan saat mencuri-curi pandang ke arah kakak kesayangannya.

Anne, salah satu teman satu club basket menyadari arah pandangan Caca yang tiap beberapa menit memandang sosok pria yang duduk di kursi penonton. Walau mereka sedang mendengarkan review pelatih.

"Your boyfriend?"

Akhirnya Anne tidak tahan untuk tidak bertanya. Dipandang penuh senyum seperti itu oleh Anne malah membuat Chika semakin malu.

"No, my brother..."

"I dont believe it. Brother with benefit?"

"No! Of Course not"

Caca memilih kembali fokus pada sang pelatih, walau senyuman tidak lepas dari wajahnya karena memikirkan Vino.

Caca lega, selama beberapa hari ini Ka Vino memang lebih pendiam. Sehari-hari saja sudah seperti orang bisu, ditambah sekarang. Tapi setidaknya Ka Vino sudah mulai tidak hanya mematung atau sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tidak berselang lama, anak anak club basket putri mulai membubarkan diri. Sementara semua gadis berjalan ke arah pintu keluar,Caca langsung menaiki tangga menuju Ka Vino yang sedari tadi menunggunya.

Begitu merasakan kehadiran Caca, Vino yang sejak tadi fokus pada macbook langsung mendongakkan kepala dan tersenyum ke arah Caca.

Ya tuhan manis banget....

"Udah selesai?" lelaki itu langsung mengulurkan botol minum dan handuk yang ada disebelahnya, dan langsung disambut oleh Caca. Gadis itu memilih duduk di sebelahnya, dan melihat aktivitas yang Vino kerjakan.

"Ka Vino lagi ngapain?"

"Lagi ngajuin proposal penelitian ke Friend of The Earth International."

"Tentang apa?"

"Tentang penyelundupan sampah ilegal dari AS ke Indonesia. Jadi ternyata salah satu importir kertas bekas yang dibeli Indonesia perusahaannya ada deket sini, di Connecticut."

Caca senang Vino sudah mulai tidak pendiam lagi, dan mulai sibuk dengan tugas-tugasnya. Selama beberapa hari ini Ka Vino sudah sangat baik sering menemaninya di kampus sampai malam.

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang