will you?

3K 200 88
                                    

Sebelum baca, cek dulu part sebelumnya karena ada beberapa part dihapus agar dapat menyatu dengan cerita yang udah 3 bulan ini ga diupdate, hehe

Di sebuah gedung tempat lokasi pemotretan, kilatan blitz kamera dan arahan dari fotografer menjadi pemandangan yang tidak biasa dijumpai oleh seorang Vino Artha Errelyo. Vino menunggu hingga Shani selesai melakukan pemotretannya. Kakinya bergerak gelisah, menerka nerka reaksi kekasihnya saat melihat Vino mendatangi lokasi kerjanya.

Sudah hampir seminggu usaha Vino membujuk Shani untuk berbicara padanya, namun sepertinya gadis itu benar-benar kecewa. Chat dan telpnya tidak dihiraukan Shani, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mendatangi tempat ini, berdasarkan informasi dari Rachel.

Vino sudah akan menunggu di lobby namun Rachel membujuknya untuk ikut ke atas, dan disinilah Vino sekarang. Ditemani dua gelas Caramel Machiato yang sengaja dibeli untuk menurunkan emosi Shani. Semoga...

"Makasi Ka" Gadis cantik itu baru saja menyelesaikan bagiannya dan sedang berbicang dengan fotografer, makeup artist, dan desainer untuk acara pemotretannya kali ini, disebelahnya berdiri Rachel yang sudah siap membisikkan jadwal Shani selanjutnya.

"Shan, abis ini kamu ada script reading session. Tapi sebelum itu, ada Mas Vino nungguin kamu daritadi."

Shani menaikkan alisnya, "Vino? Kamu yang ngasi tahu dia aku disini?"

Rachel mengangguk. Serba salah sebenarnya. Jika dia memberitahu Vino Shani pasti kesal padanya. Namun jika pertengkaran Vino dan Shani dibiarkan terus menerus seperti ini, Rachel juga yang pusing karena mood Shani akan berantakan. Selain itu Rachel juga percaya Vino dapat membujuk ngambeknya Shani, karena siapa lagi yang bisa menundukkan seorang Shani selain cowok itu?

"Tolong booking private cafe buat aku ngomong sama dia, bilangin juga ke dia. Aku turun duluan."

Shani mengambil tas mahalnya dan melangkah pergi tanpa menyapa Vino yang sudah berdiri ingin menyambutnya. Rachel meringis melihat kekasih atasannya diperlakukan seperti itu, Shani memang bisa menjadi sangat sadis kadang-kadang.

"Mas Vino, Shani nya minta ngomongnya di luar aja. Sekarang Shani udah jalan ke mobil. Mas Vino bawa kendaraan atau mau ikut kami?"

Vino menghela nafasnya lelah namun tetap memberikan senyuman manisnya pada Rachel. "Yaudah Hel, aku bawa kendaraan kok. Share aja alamatnya ya, nanti aku susul. Makasi ya Hel."

**

"Shan, bisa dengerin aku bentar ga?"

Vino sedari tadi sudah menahan diri saat Shani terlihat sibuk dengan handphonenya. Semua ucapannya tidak diindahkan, walau sudah 20 menit mereka di salah satu private room milik resto di daerah Kemang. Dengan lembut Vino meraih handphone Shani dan meletakkannya disebelah handphone miliknya. Tangannya berganti menggenggam tangan Shani.

Sejujurnya dirinya gugup, sudah lama dia tidak pernah membujuk Shani saat sedang ngambek seperti ini.

"Ini tadi aku beli caramel macchiato buat kamu, tapi mungkin udah ga dingin lagi." Lelaki itu mendorong gelas minuman yang langsung diterima Shani. Dirinya memang sangat membutuhkan kopi.

"Mau ngomong apa cepetan, aku abis ini ada script reading." 

"Ga mau makan dulu?"

"Lagi diet."

Vino menyerah. Sepertinya mood Shani benar benar tidak baik setelah kehadirannya yang mendadak.

"Maafin aku Shan."

"Kalau cuma mau ngomong itu, aku pergi sekarang."

Shani sudah akan membereskan barangnya namun Vino segera berpindah duduk di sebelahnya.

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang