the only hope

1.7K 184 190
                                    

Musim semi mengumumkan kedatangannya bersamaan dengan kehadiran Shani di Amerika. Musim dimana bunga-bunga bermekaran di seluruh dunia. Di negara bagian Massachusetts sendiri, bunga Daffodil mulai tumbuh di setiap sudut pekarangan, serta di taman-taman yang tersebar di seluruh penjuru negara bagian tersehat di Amerika.

Sudah sebulan Shani menjalani hari-hari yang berbeda dari rutinitasnya selama ini. Ia merasa menjadi pengantin baru yang menempel terus pada sang suami. Sepanjang hari, bahkan terkadang Shani ikut kuliah umum yang diikuti Vino. Jika Vino sedang ada kelas, Shani biasa menunggu di perpustakaan, atau di kafetaria. Pasangan itu seakan menebus terbatasnya waktu yang mereka lalui dulu.

Namun jangan dibayangkan bahwa kehidupan mereka selalu penuh dengan kebahagiaan, terkadang ada kalanya pertengkaran-pertengkaran kecil menyertai hari hari mereka. Entah karena Vino yang meninggalkan Shani sampai tengah malam yang membuat Shani menjadi curiga, atau saat Vino menghabiskan waktu terlalu lama mengobrol dengan teman kampusnya.

Shani menyadari sejak dia tidak mempunyai kesibukan, rasa cemburu dan sifat posesifnya muncul lebih tak terduga dari biasanya. Ia bisa menghabiskan waktunya seharian hanya untuk membaca chat-chat di handphone Vino, atau melihat lihat feed instagram suaminya.

Tak jarang terbesit rasa takut, bagaimana jika ia tidak bisa memberikan apa yang Vino harapkan? Bagaimana jika ternyata Vino tidak sebahagia dirinya ketika mereka tinggal bersama. Dan bagaimana kalau Shani tidak bisa memberikan Vino keturunan?

"Sayang, kok belum tidur" sepasang tangan melingkar erat di pinggang Shani bersamaan dengan wajah Vino yang bertumpu di pundaknya. Kedua mata suaminya masih terpejam, sementara Shani langsung mengelus lembut rambut Vino.

"Kebangun ya Mas? Maaf ini aku lagi baca email dari Rachel, ada kontrak yang bermasalah ni By... Kamu tidur lagi gih, besok kan kuliah pagi"

"Masalah kenapa By?"

"Itu yang dulu aku batalin, sampai sekarang minta pembatalan fee nya ga sesuai sama rate biasa. Aku kira udah beres sama Rachel tapi ini ternyata belum. Sekarang dia ngancem mau pake jalur hukum dan lapor ke media, pusing aku"

"Ya dibalikin aja sesuai sama yang diminta By"

"Aku juga maunya kaya gitu Mas. Cuma jadi kesel aja memanfaatkan kesempatan banget"

"Yaudah gitu aja yang, daripada dipikirin terus-terusan nanti kamu jadi badmood. Mood kan harus dijaga. Sekarang tidur yuk" Vino menutup macbooknya yang tadi digunakan shani untuk mengecek email. Mendekap tubuh Shani dari belakang sembari mengelus rambut halus istrinya sudah menjadi kebiasaan Vino hingga sang istri tertidur.

"Mas, besok tanggal berapa?"

"2 April, kenapa?" Vino masih betah menciumi pundak Shani, terus menerus.

"2 April yaa... Mas inget ga terakhir aku haid kapan?"

Vino menelan ludahnya dengan susah payah. Jika salah jawab, dan dapat dipastikan Shani akan badmood berhari-hari.

"2 Maret bukannya ya By? Sehari setelah aku sampai di Amerika kan?"

Iya kan? Vino mengingatnya karena tanggal 1 Chika memposting foto yang membuat Shani dan Vino bertengkar.

"Iya By bener, kalau pake jadwal biasanya harusnya aku haid 3 hari yang lalu ga sih Mas?"

"A-aku ga tau Yang"

Shani segera berbalik agar bisa memandang wajah suaminya.

"Iya, aku telat 3 hari"

Saat ini debaran jantung keduanya sama sama berpacu dengan cepat. Antara berharap, atau ketakutan menghadapi kekecewaan yang mungkin akan kembali terjadi.

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang