new normal

2.7K 197 289
                                    

Shani

Kepulangan Vino membawa efek yang tak pernah aku sangka sebelumnya. Mendapati suamiku tertidur di ranjang yang kita pilih berdua, bergelung di dalam selimut hangat sambil memeluk tubuh polosku adalah pemandangan yang mau aku tukarkan dengan apapun. Bahkan jika perlu setara penghasilanku per tahun.

Aku membiarkan Vino menikmati tidur mahalnya sedikit lebih lama dan memilih ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Mas Vino. This is the perfect time to serve my husband.

"Pan fried salmon dengan olive oil dan api sedang. Posisi kulit berada di bawah"

Ditemani secangkir teh hijau, aku menyaksikan video memasak Salmon Steak di ipad yang aku letakkan di meja. Hari ini memang aku berinisiatif memasak untuk Mas Vino yang masih tertidur. Suamiku sepertinya sangat lelah karena penerbangan yang panjang, juga olahraga malam yang kami lakukan kemarin.

"Pan fried... Bi, wajan yang dipake yang mana?"

Bi Inah yang sejak tadi mengawasiku agar tidak membakar dapur segera mendekat dengan sebuah wajan yang langsung diletakkan di atas kompor.

"Olive oil yang mana Bi?"

"Yang tutup hijau Bu"

"Oh iya, makasi ya Bi. Nanti kalau Shani perlu bantuan, Shani panggil lagi"

Aku memang tidak membiarkan Bi Inah membantu proses memasakku kali ini. For the first time, aku ingin memasakkan sesuatu yang proper untuk suamiku.

Mungkin aku lupa menceritakan betapa bangganya aku bersuami seorang Vino Errelyo.

Seseorang yang sederhana, simple, kalem, dan yang terpenting, dia selalu berusaha membahagiakanku... Atau mungkin bisa aku bilang, selalu berusaha menuruti apapun kemauanku.

We did separate bank account things. Namun bukan berarti kita tidak saling tau keadaan finansial masing-masing. Mas Vino tau berapa rupiah yang ada di tabunganku, berapa harga tas tanganku, serta uang yang aku keluarkan per bulan untuk perawatan. Begitupun dengan keadaan keuangan dia, keuangan Coffee Story, berapa banyak yang ia tabung, atau yang ia belikan surat hutang, berapa lembar saham yang ia beli, berapa dividen yang dia dapatkan, Vino menceritakan semuanya.

Dia tidak pernah mengatur ataupun melarangku, saat aku mendengar alasannya, itu benar-benar membuatku memberi dia bonus 1 ronde karena sangat menyentuh.

"Kamu kerja untuk kebahagiaanmu. Kamu udah kerja keras untuk itu. Jadi kalau kamu mengeluarkan banyak uang untuk itu ya gapapa Shan. Kita nikah bukan berarti keuanganmu aku ambil alih atau gimana, kamu ga nikahin banker atau financial consultant. Aku juga tau kamu lebih pinter memanage uang jadi ga harus lah itu semua bagian hidupmu aku atur. Kita nikah itu menyatukan visi misi, bukan mencoba menyatukan semuanya"

Yes, he is my beloved husband. And I'm talking about being proud to take care of my husband. Stick up for him, defend him. Make him his favorite breakfast or dinner every once in a while.

We called it partnership. We do things together. I serve him, he serves me. Dia bahkan memastikan everything is going smoothly saat ketidakhadiran dia. Setiap bulan pasti ada jasa service kolam renang datang untuk melakukan monthly treatment, yang bahkan aku tidak tau siapa. Begitu pun untuk AC dan elektronik lainnya. Bahkan Pak Karta tidak pernah meminta biaya service kendaraan dariku, semua dihandle oleh Vino. Absolutely, he will be a manager of the month setiap bulan di agensi ku dulu kalau seandainya ia mau menekuni pekerjaan itu.

"Bu, itu sepertinya udah bisa dibalik ikannya"

Kebanyakan melamunkan Vino memang kadang membuat pikiranku susah berkonsentrasi. Dengan hati-hati aku membalik salmon yang sudah di marinade. Selanjutnya aku sibuk mengecek kematangan kulit ikan salmon saat sebuah tangan melingkar posesif di perutku, dengan lancangnya menyelip ke dalam kaos tidur yang aku gunakan.

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang