James Dean and Audrey Hepburn

2.5K 187 70
                                    

Shani POV

Selama 3 bulan terakhir, aku hanya bisa memandang sendu sisi tempat tidur yang seharusnya ditempati oleh suamiku, meraba tempat kosong yang selalu menjadi pemandangan saat aku bangun tidur. Dan kegiatan lanjutan yang mulai menjadi rutinitasku adalah meraih handphone dan menemukan ucapan selamat pagi darinya yang baru selesai sholat magrib.

Rutinitas yang sama, dengan orang yang sama. Di awal aku mengira aku tidak akan bertahan selama seminggu. Namun buktinya kami sudah jalan 3 bulan dan aku menguatkan hati untuk bertahan demi bulan bulan berikutnya.

Dan akhirnya hari ini bukan sendu yang menjadi ekspresi pertama yang kutunjukkan hari ini, melainkan senyum bahagia karena terbangun dalam dekapan hangat suamiku. Wajahnya yang tampan dan selalu menenangkanku memang obat rindu terbaik. Aku mengingat lagi kebahagiaan yang selalu coba diberikan oleh laki-laki tampan di sebelahku ini. Tidak sedikit, dan tidak mudah.

Banyak orang mengatakan sangat beruntung yang menjadi pasangan Shani Indira. Artis yang sudah mapan bahkan di usia muda, hidup tanpa ada skandal, dan bahkan rela menjalani hubungan long distance relationship demi cita-cita sang suami. Banyak orang merasa aku begitu sempurna, tapi tak taukah mereka bahwa ada seorang pria nyaris sempurna yang membuatku seperti ini?

Pikiran Vino sangat sederhana. Sesederhana ucapannya yang selalu menenangkan. Ia tidak pernah menuntutku untuk menjadi orang lain, ia menerima semuanya. Sifat manjaku, tingkah egoisku, bahkan egoku yang kadang tanpa sadar merendahkan dirinya. Tapi ia akan selalu berdiri disana, ditempat dimana aku membutuhkannya. Dia tidak pernah memaksakan hubungan kami, bahkan walau aku tau dia tidak nyaman, Vino tidak pernah mengeluh.

Mungkin karena itu aku bisa benar-benar jatuh cinta kepadanya. Aku suka caranya memperlakukanku layaknya seorang ratu yang menempati singgasana tertinggi di hatinya. Aku mencintai bagaimana ia selalu menanggapi keinginanku, mengesampingkan egonya demi membuatku bahagia, dan aku bangga dengan semua keputusannya yang membuatku merasa sangat berharga. Mungkin karena semua kebahagiaan itulah aku ingin memberikan kebahagiaan terbesar untuk Vino, untuk melengkapi diri kami menjadi sempurna dalam menjalani rumah tangga ini. Being a parent, and having a baby.

Aku sering menemani Vino yang sedang menerima telepon dari orang tuanya, dalam perbincangan itu selalu terselip keinginan menimang cucu yang selalu ditanggapi dengan sangat dewasa oleh Vino. Tapi aku tau dia juga sangat menginginkannya. Begitu juga saat kami telah menikah. Aku suka cara kami memposisikan diri di kehidupan masing masing. Kami tau bahwa tidak ada dari hidupku yang bisa berubah banyak, dan tidak juga dari hidupnya. Aku masih harus bekerja di dunia ini, dan Vino masih dengan idealismenya untuk bekerja dan juga menjalankan usahanya. Suamiku tidak pernah memaksaku untuk ikut ke Cambridge, walaupun jika dia meminta mungkin aku akan mempertimbangkannya. Dia juga tidak memaksaku untuk mengurangi jadwal pekerjaanku hanya agar kami punya waktu untuk lebih lama bersama. Sungguh, Mas Vino tidak pernah mengeluh. Ketika aku mengungkapkan bahwa waktuku di Cambridge mungkin hanya seminggu, tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya. Yang keluar adalah ucapan terima kasih.

"Makasih ya Shan udah luangin waktu buat kesini. I love you more than you know"

Mendapat suamii sepengertian dia, aku pun mencoba untuk mengerti apa keinginannya. Apa yang Vino harapkan dariku. Itu sedikit sulit, karena Vino memang tidak pernah meminta apapun. Dan sekali lagi, itulah mengapa aku berharap bisa memberi Vino lebih.

Aku mengusap wajah tenang yang menjadi objek perhatianku selama 30 menit yang lalu. Turun ke kumis tipis dan bibir tipisnya. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup bibir itu. Lagi dan lagi.

Tubuh polos kami hanya dilindungi selimut, sementara pakaian yang kami kenakan untuk sholat tadi tergeletak di di kaki tempat tidur. Aku ingin memenuhi memori otakku dengan wajah Vino, sebelum waktunya tiba untuk aku kembali ke Indonesia.

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang