"Ehhmmm" Vino mencoba menyadarkan dirinya dari power nap yang ia lakukan setelah sampai di boarding house yang akan menjadi tempat tinggalnya selama melanjutkan studinya di Massachusetts. Ia mengerjapkan mata berusaha mengusir jetlag yang melanda. Terdapat perbedaan waktu 11 jam antara Jakarta, dan daerah Boston.
Lelaki itu mencoba mengedarkan pandangan ke kamarnya yang disinari cahaya matahari terbenam melalui jendela besar yang ada di atas kepalanya. Kamar Vino memang terletak di loteng, membuat kamarnya beratap sedikit pendek namun dengan pencahayaan yang sangat bagus. Vino melirik handphonenya. Jam 16.00 Berarti di Jakarta ini pukul 3 pagi. Niatnya untuk menghubungi sang istri ia urungkan dan memilih membongkar kopernya. Shani sepertinya masih tertidur dan Vino tidak ingin mengganggunya.
Tanpa Vino tahu, istrinya bahkan sama sekali belum tertidur sejak lelaki itu meninggalkannya. Shani terus-terusan memandang layar iphone berharap ada pesan ataupun telepon masuk dari Vino. Ia tahu sang suami seharusnya sudah sampai di Boston. Dan seharusnya juga beberapa jam yang lalu menghubunginya ketika transit 9 jam di Doha. Namun nyatanya, Vino bahkan tidak menghubunginya selama lebih dari 31 jam perjalanannya.
"Kemana sih ih? Masa udah lupa punya istri baru sehari?"
Shani kembali mencoba menghubungi Vino yang tentu saja tidak mendapat respon karena Vino bahkan belum membeli sim card untuk handphonenya. Juga belum berinisiatif untuk turun dan menanyakan masalah wifi. Lelaki itu terlihat sibuk membongkar koper dan membereskan barang-barang.
Shani benar-benar dibuat kesal oleh Vino. Pasalnya sudah pukul 8 pagi di Indonesia. Berarti di Amerika ini sudah pukul 9 malam. Namun tidak ada tanda-tanda Vino akan menghubunginya. Ia membanting gelas susunya dengan kasar di meja, membuat asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan sarapan untuk majikannya itu sedikit terkejut.
"Bi, Shani berangkat ya"
"Eh Non, ini omelete nya baru selesai"
"Gapapa Bi, aku sarapan di jalan aja. Makasi yahhh"
Gadis itu segera masuk ke dalam mobil dan membuat Pak Karta dengan sigap mengantarkan Shani ke lokasi syutingnya.
"Shan, ini ada tawaran iklan lagi dari produk make up. Sebelumnya mereka sempet nanya kamu ada rekomendasi ga buat fotografer yang emang sesuai sama tema ini?"
"Fotografer? Emang konsepnya kaya gimana? Dan syutingnya kemana?"
Shani membuka proposal yang diulurkan Rachel padanya, dan melihat bahwa lokasi syuting untuk iklan itu di Bali...
"Fotografer ya... Hmm... Kalo aku mau Gracio gimana Hel?"
"Eh?" Rachel sedikit terkejut dengan permintaan Shani. Sebenarnya mereka sudah jarang bekerja sama dengan Gracio, mungkin sejak bossnya itu kembali bersama Vino. Namun Rachel segera menambahkan "Ya kalo kamu mau Gracio mungkin aku bisa usulin Shan."
"Iya Gracio aja biar ga usah kagok lagi. Btw kamu udah dapet ga kontak boarding house nya Vino di Amerika?"
"Belum Shan ini lagi coba dicariin. Mas Vino belum hubungin ya?"
Rachel bisa melihat wajah Shani berubah menjadi sedikit ditekuk mendengar jawabannya. "Iya belum. Padahal aku cek di flight radar pesawatnya udah landed lo Hel. Cowo emang gitu ya, kalo udah asik sama dunia baru lupa sama tanggung jawab"
Seisi mobil tidak ada yang berani menjawab karena melihat mood Shani, sepertinya gadis itu akan menjadi sensitif selama beberapa jam kedepan sampai Vino menghubunginya.
Sementara itu di apartemennya Gracio mengerutkan kening karena tiba-tiba mendapat email untuk menjadi fotografer sebuah iklan dan promosi kosmetik yang notabene sudah lama tidak pernah ia dapatkan lagi semenjak tidak bekerja bersama Shani. First meeting akan diadakan siang ini di daerah Sudirman, dan karena Gracio sedang tidak terlalu sibuk dengan JKT, ia pun menyanggupi untuk datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
To The Imperfect You [END]
FanfictionShani Indira Natio, Indonesia Next top Artist, model favorit Vogue, salah satu model Next Face Asia, Brand Ambassador make up ternama untuk Indonesia dan baru-baru ini merambah ke dunia cinema mengejutkan dunia dengan unggahan dalam akun Instagram p...