finally

6.3K 249 358
                                    

"Eehhmm" Shani menggeliat sedikit, terganggu dengan cahaya matahari yang merambat masuk melalui celah tirai jendela. Wajahnya semakin ia benamkan pada ceruk leher lelaki yang sejak semalam ia peluk. Shani bahkan tidak memperdulikan rambut-rambut tajam yang baru dicukur Vino bergesekan dengan wajahnya yang mulus saat Shani berusaha memberikan ciuman selamat pagi kepada suaminya.

Cup

"Good morning Mas"

Tangan Shani dengan lembutnya mengelus wajah sang suami, membingkainya dengan kedua tangannya. Tidak pernah Shani merasa sebahagia ini selama 3 bulan terakhir, memiliki Vino kembali dalam kehidupannya.

Perlahan sentuhan-sentuhan yang Shani berikan membangunkan Vino yang langsung dihadapkan pada paras cantik seorang Shani Indira yang sedang menunduk memandangnya. Vino mengerjapkan mata, pemandangan Shani yang memandangnya dengan tubuh hanya ditutupi selimut yang melindungi tubuh mereka perlahan mampu mencetak sebuah senyuman di wajah Vino.

"Good morning Indira"

Tanpa menunggu izin dari Vino, Shani segera berbaring di atas tubuh Vino hingga mereka mampu merasakan kulit masing-masing saling bersentuhan. Dengan gerakan pelan Shani menyelipkan rambutnya di telinga agar kegiatan memandang wajah Vino tidak terganggu.

"Masih capek?"

Pertanyaan Shani hanya dibalas tawa oleh Vino. Namun tangannya sendiri sudah bermain-main di dada sang istri. Merasakan kembali tubuh mulus sempurna Shani seperti sebuah mimpi baginya.

"Happy birthday By"

"Thank you hubby, makasi banget udah jadi kado terindah buat aku" Shani kembali membenamkan wajahnya pada leher Vino. Adakah hadiah terindah yang Tuhan berikan selasa 26 tahun Shani hidup? Itu adalah Vino dengan semua hal yang melekat di dirinya.

Lelaki itu benar-benar membuktikan, sejauh apapun Shani mengusirnya untuk pergi, dan sekeras apapun Shani menyakitinya, Vino akan masih tetap diam disana. Memaafkannya. Bersedia memulai kembali rumah tangga yang hampir saja dengan bodohnya Shani hancurkan hanya karena besarnya ego yang ia miliki.

"Aku yang makasi kamu masih mau nerima orang banyak kurangnya kaya aku. Kamu bisa aja cari yang lain, tapi kamu masih ngasi aku kesempatan. Makasi banyak buat kepercayaannya"

Vino perlahan bangkit dan menyandarkan tubuhnya di headboard tempat tidur, dengan Shani masih memeluknya seperti seekor bayi koala.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Begitupun mungkin Shani dan Vino. Namun setidaknya mereka belajar menerima kekurangan pasangan bukan sebagai hal yang melemahkan rumah tangga mereka. Justru mereka mulai saling melengkapi.

Bukan hal yang mudah bagi seorang perempuan menerima ketidakmampuan pasangan memberikan keturunan. Begitupun sangat sulit bagi seorang suami menerima wanita yang telah merendahkan dirinya.

Tapi Shani akan selalu menerima Vino dengan segala kekurangannya. Mungkin ia sempat kecewa, kenapa Vino harus berbohong dan merahasiakan banyak hal kepadanya. Tapi jauh dalam lubuk hatinya ia menyadari, tidak akan ada pria yang bisa memperlakukan Shani sebaik Vino memperlakukannya. Tidak akan ada juga yang mampu menaklukkan hati Shani, sebanyak apapun pria yang menunggunya di luaran sana, hanya Vino yang berhasil memenangkan hati Shani sejak 8 tahun lalu, hingga sekarang.

Begitu pula Vino. Sepanjang hidupnya, tidak pernah ia mencintai perempuan lain, menyayangi orang lain seperti menyayangi Shani Indira, bahkan berpikir untuk hidup dengan orang lain selain perempuan yang saat ini sedang mencium setiap sudut wajahnya pun tak pernah.

Mereka berproses. Walau dalam perjalanannya tidak selalu indah, tapi Vino dan Shani yakin bahwa mereka akan saling menguatkan.

"Mandi yuk By, aku mau ajak kamu keluar"

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang