fate

1.9K 190 347
                                    

Dalam satu hari manusia bisa menghasilkan 70 ribu pemikiran, bernafas 30 ribu kali setiap harinya. Dan dalam sehari, kehidupan Vino maupun Shani berubah sepenuhnya.

Vino masih terkejut dengan permintaan istrinya yang tiba-tiba. Ia langsung terduduk di lantai begitu mendengar suara lirih Shani barusan.

"Kenapa? Sayang, kita masih ada waktu"

"Mas, aku cuma mau mastiin. Kita ga bisa terus berharap kaya gini. Kamu gatau kan apa yang harus kita lakuin selanjutnya? Aku juga..."

"Kapan?"

"Secepatnya, hari ini kalo bisa"

"Shan-"

"Mas kalau ga bisa ikut pulang gapapa, aku dulu aja"

Vino benar-benar dilema. Ia ingin selalu berada di sebelah Shani entah berita apa yang nanti akan mereka dapatkan. Tapi 5 hari lagi projectnya akan diseminarkan, tidak mungkin dia bisa membatalkan.

Selain itu yang menambah beban pikiran Vino, sikap Shani yang sangat berbeda. Istrinya biasanya akan menumpahkan semua perasaannya pada Vino. Dia bahkan entah kenapa menginginkan Shani merajuk memintanya untuk ikut pulang, setidaknya itu akan melegakan. Daripada sikap sang istri yang tiba-tiba berbeda 180 derajat dari sebelumnya.

"Mas?"

Panggilan lembut yang berasal dari suara serak sang istri membuat Vino langsung tersadar dari lamunannya.

"Kenapa Yang?"

"Pesenin aku tiket ya? Aku mau packing bentar"

Entah keberapa kalinya Vino menghela nafas. Ia hanya bisa pasrah ketika sang istri mengambil koper ukuran medium dan mulai memisahkan pakaian yang akan dia bawa ke Indonesia.

Vino pun segera mencarikan tiket untuk sang istri, memesankan premium economy class walau sedikit lebih mahal tapi Vino benar-benar ingin Shani nyaman.

"Indira... Jangan banyak banyak bawa bajunya"

"Kenapa?"

"Biar cepet balik kesininya"

Selama mereka bersama, sangat jarang Vino mengungkapkan keinginannya. Rengekan manja seperti tadi tidak akan pernah kalian dengar keluar dari mulut Vino, bahkan lelaki itu sangat jarang meminta. Tapi kali ini entah kenapa suami Shani itu benar-benar terlihat menggemaskan. Membuat Shani juga merasa berat meninggalkannya.

"Iya, nanti bareng-bareng lagi ya Mas? Sini peluk dulu"

Seperti anak kecil, Vino langsung mendekat dan masuk ke pelukan Shani, ia langsung mengelus kepala Vino dengan lembut. Rasanya sangat berat meninggalkan Vino seperti ini. Mungkin selama sebulan ini Vino baru menyadari memiliki sosok istri yang selalu ada dan menyiapkan semua keperluannya. Sebelum-sebelumnya ia memang sibuk sendiri, bahkan tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan Vino ketika di rumah.

"Mas pesenin pesawatnya yang jam berapa?"

"Jam 8, berarti jam 6 udah harus di Airport"

"Kalo gitu aku lanjut dulu ya By"

Vino tidak tau mengapa Shani bisa begitu tegar kali ini. Perpisahan kali ini Shani masih bisa tersenyum. Masih tanpa air mata. Bahkan saat mereka berdua bergandengan tangan di departure terminal, Shani masih terlihat sangat tenang.

"Say something Shan"

Akhirnya Vino tidak bisa lagi mengabaikan perubahan Shani. Lagu Say something milik Kodaline yang mengalun di airpods yang mereka gunakan seakan mengiringi perpisahan mereka kali ini.

"Say something please, jangan buat aku khawatir"

"Aku buat Mas khawatir terus ya? Buat Mas banyak mikir ya? Maafin aku"

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang