heard you crying

2.2K 191 357
                                    

"Seasoningnya pake black pepper sama lada aja dikit biar ada rasanya. Terus garem dikit aja"

"Segini?"

"Iya, segitu cukup"

Kembali ke kebiasaan-kebiasaan saat menjalani long distance relationship, Vino memulai harinya dengan memasak sarapan ditemani dengan Shani yang juga tengah menunggu makan malamnya disiapkan oleh Bi Inah. Tiba-tiba niat memasak Shani hilang begitu saja sejak kepergian sang suami.

Shani masih betah mengamati suaminya yang terlihat sibuk memasak, tapi fokusnya mulai terbagi setiap tubuh Vino yang bertelanjang dada muncul di layar ipadnya. Sudah dua hari ia tidak memeluk tubuh itu...

"Sayang makan malam apa hari ini?"

"Fruit salad aja ko, Mas pagi ini ke kampus?"

"Iya rencananya ke kampus setelah ini. Breakfastku udah jadi nih, makan malam kamu udah?"

"Belum, buahnya masih dipotongin Bi Inah"

Saat ini Vino sudah memindahkan macbook bersama dengan sepiring sauteed vegetables ke meja kecil yang ada di tengah ruangan.

Di layar macbooknya terlihat sang istri bertopang dagu memperhatikannya. Dengan rambut yang berantakan dan sedikit basah karena baru selesai mandi, pandangan Shani tidak lepas menatap Vino.

"Yaudah aku tungguin. Gimana tadi syutingnya?"

"Lancar.. Cuma gatau ni efek suntik hcg nya masih atau gimana, mood ku ga enak hari ini"

"Yaudah nanti langsung istirahat ya Sayang. Aku nanti mau coba ke administration board sama mungkin ikut kumpul PPI"

"Kumpul apa lagi sih? Di Jakarta udah kumpul, di US masa kumpul lagi?"

Shani tidak bisa menyembunyikan nada tidak suka dari suaranya. Entah kenapa dia makin sering insecure sekarang setiap suaminya dekat dengan wanita lain. Bahkan kali ini ia tidak bisa sesantai dulu menanggapi kedekatan Vino dengan Caca. Entahlah, semakin lama ia merasa semakin insecure dengan kemampuannya membahagiakan Vino.

Bagaimana jika Vino mencari kebahagiaannya yang lain di luar sana...

"Ada wacana barbeque party-"

"Ga boleh, aku ga mau ditinggal"

Obrolan mereka disela Bi Inah yang nampak di layar sedang meletakkan semangkuk penuh buah dan salah untuk istrinya.

"Makasi Bi"

"Makasi Bi Inah" Vino menambahkan

"Sama-sama Pak." Vino dapat melihat senyum Bi Inah saat Shani mengarahkan ipadnya mendekat ke wajah sang asisten rumah tangga.

"Temenin istri saya ya Bi."

"Iya, Bapak cepet pulang biar Ibu ga kesepian makannya sendiri"

"Hahaha, iya Bi. Itu disuruh Shani ya bilang gitu?"

"Ga ada yaaa" Wajah Shani perlahan muncul di layar kemudian kembali diarahkan ke Bi Inah. Padahal sedari tadi Shani yang mengkode Bi Inah untuk meminta Bapak cepat pulang.

"Nanti kalo Shaninya bandel bilang saya ya Bi. Tolong jagain dia juga."

"Baik Pak, izin saya ke belakang dulu."

"Bi Inah baik tau Mas, kemarin malem Bi Inah sama Pak karta yang nemenin aku makan malem."

"Lo, ko ga minta ditemenin aku Yang?"

"Siapa ya yang kemarin nutup telponnya tiba-tiba? Padahal aku mau minta temenin sarapan. Ada yang ga sabar ketemu Caca tuh"

"Aku gatau kamu minta temenin, soalnya bilang udahan kan..."

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang