andai dia tahu

2.1K 199 399
                                    

Jakarta

Shani baru saja menyelesaikan photoshoot terakhirnya minggu ini. Seharusnya juga menjadi photoshoot terakhirnya sebelum ia pindah ke Amerika. Selama dua hari kemarin ia sibuk mengajukan permintaan maaf kepada beberapa brand yang harus batalkan kontraknya secara sepihak. Ia mencoba masih bersikap profesional dengan meminta maaf secara langsung, bahkan bersedia membayar jika ada penalty fee yang harus ia selesaikan. Shani sudah memantapkan hatinya, bahwa prioritas hidupnya saat ini adalah keluarga.

Walaupun sampai saat ini perempuan itu masih mendiamkan suaminya, tidak mau mengangkat panggilan ataupun sekadar membalas chat Vino, tapi Shani tetap pada pendiriannya.

"Shani sini bentar deh"

Shani menurut saja saat beberapa teman memanggilnya, dan sudah bisa ditebak. Topik obrolan kali ini adalah kabar bahwa Shani akan vakum di dunia enternain.

"Kamu beneran mau vakum? Serius? Sayang lo Shan karirmu"

"Iya gue denger-denger Astrid yang gantiin kamu di RCFW tahun ini ya? Dia baru dikontak sama Vogue juga sih"

"Iya aku lagi mau fokus sama keluarga dulu. Lagian kayaknya emang lagi butuh rehat"

"Programnya kemarin gagal lagi ya Shan?"

Mungkin pertanyaan itu hanya pertanyaan biasa bagi sebagian besar orang, tapi bagi Shani itu adalah sebuah penegasan bahwa semakin lama harapannya semakin menipis. Orang dengan mudahnya bertanya seakan jawabannya semudah ya dan tidak.

"Iya, masih coba lagi sih Sya, mudah-mudahan yang kali ini berhasil"

"Tapi Shan, kan sayang banget kalo lo harus ngorbanin apa yang udah kamu raih sekarang. Ga mudah lo, balik-balik belum tentu bisa jadi kaya gini. Apalagi karir lo lagi bagus-bagusnya."

Shani ingat betul Natasya adalah salah satu orang yang selalu mempertanyakan mengapa Shani masih belum dikaruniai anak, jelas dalam ingatan Shani bahkan wanita itu yang menyarankannya untuk tidak menunda momongan. Semudah itukah orang bermuka dua?

"Gapapa ko Sya, kalo itu dikejar ga akan ada puasnya. Lagian gue udah mikirin ini ko. Thanks yaaa"

"Tapi diumur kita sekarang udah mesti hati-hati nanti kegeser sama artis-artis baru sih Shan, ya gue cuma nasihatin aja. Yang jalanin kan elo. Kenapa ga suami lo sih yang ngalah kesini. Jangan terus ngalah sama cowo Shan, di umur sekarang itu mesti logis kalo emang kita yang lebih gede penghasilannya, ya suami lo harus ngerti. Seksisme udah bukan jamannya sekarang"

"Suami gue bahkan ga pernah minta gue buat vakum, ini murni emang dari guenya yang pengen ngasi kesempatan suami buat wujudin mimpinya, dua tahun ini dia terus ko yang ngalah, jadi ga ada salahnya kan kalo gue yang ke Amerika. Gue malah pengen coba ngevlog waktu vakum."

Saat ini Shani memang masih kesal dengan Vino, tapi tidak ada seorang pun yang boleh menyalahkan suaminya. Sejauh ini Vino telah mengusahakan yang terbaik untuk rumah tangga mereka, dia tetap seorang suami yang bertanggung jawab, dan Shani tidak melihat alasan yang bisa membuat dia meragukan Vino.

Setelahnya,  Shani langsung undur diri bersama Rachel yang setia menemaninya. Wajah kusut Rachel terlihat sejak hari Shani mengabari bahwa dirinya akan vakum, hingga sekarang. Rachel bukan hanya seorang asisten bagi Shani, lebih daripada itu, dia sudah Shani anggap seorang Kakak yang menjaganya di dunia entertain yang penuh intrik dan kepalsuan.

"Harusnya tadi kamu ga usah nyamperin mereka Shan, ga ada yang bisa kamu anggap temen disana. Mereka hanya sok perhatian sama kamu dan happy kalo denger kabar kalo kamu lagi kesulitan."

"Aku tau ko Ka... terkadang orang perhatian sama kita hanya untuk mendengar lebih banyak berita menyedihkan dari kita. Mereka ga sungguh sungguh prihatin, bahkan mungkin malah mencoba buat kita pilih jalan yang salah."

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang