Cara Lupakanmu

2.4K 197 518
                                    

Dengerin lagunya ya...

Jogja Shani kembali pergi. Kembali karena keinginan dari Shani sendiri. Membiarkan saja kepergian mobil Vino keluar dari pekarangannya dan menghilang di jalan perumahannya yang gelap dan sepi.

Di balik kemudi mobilnya, lelaki itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia masih sulit menerima kenyataan bahwa hubungan yang telah dia usahakan selama 8 tahun ini harus berakhir tanpa dia sendiri bisa melakukan apapun untuk mengubah keinginan Shani.

Jika memang di akhir harus berpisah, kenapa tidak saat mereka LDR? Sewaktu Vino memutuskan kuliah di Jakarta. Jika memang berakhir seperti ini, kenapa tidak sejak foto mereka terekspose dan Shani memutuskannya? Kalau memang harus berpisah, kenapa tidak saat Vino melanjutkan S2 nya Shani tidak usah menyusulnya dan mengajaknya bersama kembali?

Jika mereka memang ditakdirkan untuk tidak bersama, kenapa harus ada pertemuan kembali hingga mereka menikah? Kenapa celahnya baru terlihat sekarang?

Di Jalan Ring Road Utara, tiba-tiba Vino berbelok ke arah kiri dan menyusuri sepanjang Jalan Raya Tajem. Vino menepikan mobilnya di depan sebuah toko handphone yang sudah tutup dan berjalan beberapa meter dari tempat mobilnya terparkir. Ia menghentikan langkahnya pada sebuah bangunan yang dulu sangat familiar baginya. Bentuknya masih sama. Pohon glodokan tiang yang berbaris rapi di jalan menuju lapangan sekolah masih sama seperti tahun lalu, bahkan masih sama dengan beberapa tahun lalu. Seakan mengarahkan orang-orang yang datang untuk melihat masjid yang ada di tengah tengah halaman.

"Selamat malam Pak Mamat" Bahkan penjaga sekolah pun masih orang yang sama.

"Yaampun Mas Vino, sendiri Mas?" dengan sigap Pak Mamat membukakan pintu gerbang dan mengizinkan Vino masuk.

"Iya sendiri Pak. Saya boleh keliling-keliling ga? Kebetulan lagi pulang ke Jogja pengen main kesini"

"Ya boleh dong Mas. Mau ditemenin atau Mas Vino berani sendiri?"

"Saya sendiri aja Pak, makasi banyak ya"

Vino sengaja melepaskan sepatunya dan berjalan tanpa alas kaki menyusuri kegelapan sekolah yang hanya diterangi oleh beberapa lampu jalan. Di sepanjang jalan menuju masjid, terdapat lapangan sepak bola yang biasanya menjadi tempat mereka melakukan ekstrakurikuler. Masuk lebih dalam lagi, adalah ruangan ruangan kelas Vino dan Shani. Di lantai tiga gedung itu, pertama kalinya Vino melihat Shani yang masih sangat polos namun sudah sangat cantik. Di UKS yang ada di dekat lapangan basket, adalah tempat perkenalan mereka dulu. Dimana pertama kali Shani berbicara padanya. Perkenalan yang memicu obrolan-obrolan mereka selanjutnya.

Dan di lapangan basket yang ada di hadapannya saat ini adalah tempat Vino pertama kali berani merangkul Shani, juga menjadi tempat mereka merayakan ulang tahun Shani, dan tempatnya melamar Shani, hampir satu tahun yang lalu.

Kakinya yang tanpa alas kaki mulai menjejak permukaan lapangan yang dicat biru. Sengaja Vino menjatuhkan tubuhnya tepat di tengah-tengah lapangan, mencoba meresapi setiap gores kenangan yang seakan berlomba-lomba memenuhi pikiran Vino

Dipikir-pikir sangat lucu, Vino patah hati 4 kali. Dan keempatnya dilakukan oleh orang yang sama. Orang yang datang dan pergi sesuka hatinya. Bahkan Shani tidak pernah bertanya apa Vino mau, apa Vino bisa tanpanya. Shani tidak pernah meminta pendapatnya. Vino selalu harus menerima apapun keputusan Shani. Tapi kalopun Vino meminta, memang Shani akan mengabulkannya?

Pukul dua dini hari, mobil Vino baru terparkir di pekarangan rumahnya. Entah sejak kapan dia seperti lelaki penikmat malam dan pecinta kopi, saat patah hati sepertinya hal paling natural untuk dilakukan adalah mendramatisir keadaan. Saat ia membuka pintu depan, alangkah terkejutnya Vino saat Mamanya ternyata masih tersadar dan menunggunya di sofa ruang tamu.

To The Imperfect You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang