4 - Rahasia

165 10 0
                                    

AKU PULANG BESOK PAGI, BI. SEE U SOON

Kubaca lagi dan lagi pesan yang semalam masuk ke ponselku itu. Arka akan pulang hari ini. Aku tak sabar ingin segera bertemu teman favoritku. Aku ingin menceritakan padanya tentang lelaki aneh yang tiba-tiba memaksaku berkenalan dan makan malam dengannya kemarin lusa.

Arka pasti luar biasa senang mendengar ceritaku. Aku mendapatkan teman baru adalah sesuatu yang sangat dia inginkan dan nantikan. Tapi, bagaimana reaksinya jika kubilang, lelaki aneh itu memiliki senyum yang sama persis dengannya?

Ah, aku benar-benar tak sabar lagi! Sepuluh menit menunggunya di Ice Cream Corner terasa bagai sepuluh jam.

Lonceng berdenting. Aku nyaris melompat kegirangan melihat Arka datang. Dia langsung menoleh ke pojok tempatku duduk-tahu pasti aku akan berada di sini. Arka melambaikan tangan, tapi tak menghampiriku. Dia malah mengalihkan pandangannya ke pintu, seolah menunggu seseorang menyusulnya masuk. Satu tangannya menahan daun pintu agar tetap terbuka.

Aku mengikuti arah pandangannya dan, tepat saat mataku sampai ke pintu, orang yang ditunggu Arka pun masuk.

Aku tak mengenalnya, tapi dia perempuan yang sangat cantik.

Perempuan paling cantik yang pernah kulihat.

***

Namanya Alisa. Dia teman masa kecil Arka. Dia bekerja untuk Arka sekarang.

Mereka putus kontak sejak lulus SMA dan, tanpa sengaja, bertemu kembali saat interview di Jakarta. Ternyata, Alisa yang direkomendasikan Senny untuk menggantikan dirinya adalah Alisa teman masa kecil Arka ini. Kebetulan sekali. Hah!

Arka bilang, selama di Jakarta, Alisa membantunya menyusun berbagai rencana untuk mengembangkan Ice Cream Corner. Alisa juga bersedia membantu membenahi manajemen toko pusat. Karena itulah, dia datang ke sini hari ini.

Kutekan klakson dan kupelototi pengendara motor yang sembarangan memotong jalan mobilku. Aku hampir sampai ke kampus. Lebih cepat dari perkiraanku, karena pertemuanku dengan Arka tak berlangsung selama yang kurencanakan.

Arka tampak sangat menyukai Alisa, tapi aku sebaliknya. Walaupun cantik dan brilian, menurutku dia menyebalkan. Alisa tak pernah menatapku. Dia juga selalu mengalihkan perhatian Arka tiap kali aku mengajak teman favoritku itu bicara. Yang paling menyebalkan, wajah Alisa luar biasa cantik sampai membuat mataku sakit. Ah, bukan. Hatiku yang sakit. Berada di dekatnya membuatku merasa terintimidasi.

Alisa adalah tipe perempuan yang mampu membuat semua orang menoleh padanya. Dia tinggi langsing seperti model. Rambutnya hitam, panjang, dan bergelombang. Kulitnya gelap dan glowing. Bahkan pakaian yang dia kenakan pun mendukung semua kecantikannya.

Walau lebih baik kutelan lidahku daripada harus mengakui hal ini, tapi Alisa sangat serasi dengan Arka. Warna kulit mereka serupa dan tinggi mereka tak jauh berbeda. Jika keduanya berdiri berdampingan, Alisa bisa memandang wajah Arka tanpa mendongak dan Arka tak perlu menunduk untuk balik memandangnya.

Aku tak mampir lagi ke Ice Cream Corner dan langsung pulang ke apartemen begitu selesai menemui dosen pembimbing skripsiku. Aku malas melihat wajah Alisa. Meskipun, mau tak mau, wajah cantiknya akan selalu muncul di Ice Cream Corner selama beberapa bulan ke depan.

Aku tak suka mendengar Alisa akan tinggal di Bogor untuk sementara-sampai dia dan Arka selesai membenahi manajemen toko. Tapi, Ice Cream Corner adalah segalanya bagi Arka. Jika keberadaan Alisa dapat membantu Arka membesarkan Ice Cream Corner, aku tak akan menghalangi, tapi tetap tak ingin berurusan dengannya lebih daripada yang diperlukan.

Menara Awan - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang