17 - Tekad

90 9 0
                                    

Good morning and happy reading yaa

Please vote and comment

Thank youuu 😘

Oh, ngiklan dikit.. tengokin lapak Dear Mantan kuyy.. Yok jadi saksi gimana perjuangan Ozi mengejar sepotong maaf dari para mantan.. hope you'll enjoy his story too 😆

☀️

ARKA TERSENYUM SENDIRI sambil mengaduk kopi yang baru saja diseduhnya. Teman favoritku tampak sangat ceria. Aku tak tega merusak suasana hatinya dengan kabar buruk yang akan kusampaikan.

Arka membawa cangkir kopinya, lalu duduk bersamaku di kursi tinggi konter dapur. "Bi," katanya--masih sambil tersenyum, "Kebayang, nggak, kalau aku punya anak? Aku cocok, nggak, jadi seorang ayah?"

Pertanyaan Arka membuatku terkejut. Tapi, saat menjawab, aku ikut tersenyum. Tiba-tiba di kepalaku muncul bayangan Arka yang menggendong bayi mungil di lengannya.

"Cocok," kataku.

Senyum Arka bertambah lebar, membuat kumis kucingnya berkerut semakin dalam.

"Kenapa tiba-tiba ngomong soal anak? Kamu kepingin punya anak?"

"Iya, lah! Aku sudah kepala tiga, lho."

"Buruan nikah, dong! Biar bisa cepat-cepat punya anak," ujarku, "Kenapa? Belum dapat calon istri idaman, ya?" aku menggodanya.

Bukan tertawa, Arka malah mengerucutkan bibir. "Nggak. Bukan begitu," katanya lambat-lambat, "Aku belum menikah bukan karena belum ada calon, tapi karena perempuan yang ingin kulamar belum siap menerima lamaran."

"Kamu lagi bercanda?"

"Aku serius."

"Kamu sudah punya calon istri?" tanyaku tak percaya. Arka mengangguk mantap, "Siapa? Kok, kamu nggak pernah cerita?" tuntutku. Aku tak suka mengetahui ada sesuatu tentang Arka yang telah luput dari perhatianku.

"Kamu pasti kaget kalau tahu siapa orangnya," dia tersenyum misterius.

"Siapa?"

"Nggak akan aku kasih tahu sekarang. Nanti, kalau dia sudah pasti mau menerimaku."

Aku terdiam. Pikiranku sibuk menerka siapa perempuan yang dimaksud Arka. Sepanjang yang kutahu, teman favoritku menghabiskan sebagian besar waktunya di Ice Cream Corner. Besar kemungkinan dia bertemu dengan kandidat calon istrinya itu pun di sana. Tapi, siapa?

Arka tak pernah mengistimewakan pelanggan perempuan manapun--atau mengistimewakan Mimi, satu-satunya pegawai perempuan di sana. Arka juga tak pernah mengajak teman perempuannya ke Ice Cream Corner. Hanya Alisa perempuan yang pernah dia kenalkan pad... Aku berhenti mendadak.

Itu benar. Satu-satunya perempuan yang pernah diajak Arka ke Ice Cream Corner memang hanya Alisa. Jangan-jangan, batinku, perempuan yang ingin dilamar Arka adalah... Aku bergidik. Jangan sampai hal mengerikan itu terjadi. Jangan dia. Jangan Alisa!

"Kamu jadi ketemu Alisa, Bi?" tanya Arka.

Aku hanya mengangguk, lalu mengambil cangkir kopi miliknya. Kuseruput isi cangkir itu sedikit demi sedikit.

"Terus, gimana?" Arka mengambil kembali cangkir kopinya dari tanganku.

Aku tak menjawab, hanya menatap cangkir kopi yang kini berganti tangan. Arka menyeruput kopinya sekali, lalu tanpa berkata apapun, ditaruhnya cangkir itu di dekat tanganku.

Menara Awan - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang