11 - Patah

152 12 0
                                        

Update lebih cepet ni... Takut sabtu ga sempet pegang henpon haha eelaah sok sibuk bet ya 😛

Comment and vote ditunggu banget yaaa... Tak bosan aku menunggumu pokoknya mah

Anyway.. enjoy.. 😘

☀️

RINDU INI MENYIKSA. Kukira kerinduan akan berkurang seiring waktu. Tapi, semakin hari hatiku malah terasa semakin berat. Sampai sulit bagiku menemukan alasan untuk bangun dari tempat tidur setiap pagi.

Aku tak pernah keluar dari apartemen. Aku bahkan tidak tergerak untuk mandi dan hanya makan saat perutku benar-benar lapar.

Tak ada yang ingin kulakukan selain memikirkan Arka dan tak ada yang menghalangiku menghabiskan waktu meringkuk di atas tempat tidur sambil memikirkan dirinya sampai ponselku tiba-tiba berdering nyaring hari ini.

Berkali-kali kuabaikan, tapi ponsel itu terus berdering. Suaranya mengganggu dan membuatku kesal. Aku tak tahan mendengarnya.

"Siapa, ya?" tanyaku kasar.

"Lho? Bian?" suara serak Nata terdengar kaget mendengar sapaanku.

Aku pun terkejut mendengar suara Nata. Kujauhkan ponsel dari telingaku dan menutup speaker-nya sebelum berdeham beberapa kali-menormalkan suaraku yang parau.

"Iya, Nata. Kenapa?"

"Kamu yang kenapa?"

"Aku nggak apa-apa," jawabku cepat.

Untuk beberapa saat, Nata tak bersuara. Lalu, kudengar dia membuang napas keras dan berkata, "Kamu nggak lupa, kan, kalau kita ada acara di Mentari malam ini?"

"Acara?"

"Acara kembang api? Bareng anak-anak panti?"

"Kembang api?" pelan-pelan kuputar ingatanku, "Oh! Kembang api!" aku berseru kencang.

Tanggal berapa sekarang? Jika hari ini tanggal 31 Desember, akan ada acara kembang api di Panti Mentari malam nanti. Aku telah berjanji akan datang dan membantu mereka bersiap-siap.

"Aku lupa," akuku.

"Sudah kuduga, kamu pasti bakal lupa," Nata berujar yakin. Aku semakin merasa bersalah, "Ketemu di panti, ya?"

"Oke," jawabku tak bersemangat.

"Oke," dia menutup teleponnya.

Pada akhirnya, aku tak sempat membantu Bu Candra menyiapkan apapun. Aku baru sampai di panti pukul tujuh malam dan penyebab keterlambatanku adalah tak ada pakaian yang bisa kukenakan.

Aku lupa kapan terakhir kali mencuci pakaian. Yang jelas isi lemariku hanya tinggal piyama dan beberapa kaus lusuh yang biasa kupakai tidur.

Tak ada pilihan lain. Aku terpaksa memakai salah satu kaus lusuhku yang warnanya terlihat paling tidak lusuh dibanding kaus lain. Untung masih ada kardigan dan celana jeans bekas kupakai tergantung di balik pintu kamar. Jika tidak, aku akan datang ke pesta kembang api memakai kaus lusuh dan celana piyama.

"Wow," suara Nata membuatku menoleh saat aku turun dari mobil.

Aku langsung menghampiri Nata yang tengah berdiri di belakang mobilnya sendiri. Kedua tangannya sibuk mengeluarkan barang dari bagasi.

"Kamu kelihatan..." dia mengerucutkan bibir sambil menilai penampilanku dari atas sampai bawah, "...kacau."

Aku hanya mengangkat bahu. Bukan keinginanku untuk datang ke sini dengan pikiran dan penampilan yang berantakan. Malah sejujurnya, jika bukan karena telanjur berjanji, aku pun tak akan datang ke sini.

Menara Awan - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang