Club

43 4 1
                                    

Hari rabu adalah hari yang cukup panjang bagi para murid di sekolah, pasalnya setiap hari rabu ada satu jam tambahan - dimana para siswa-siswi diwajibkan belajar sendiri, untuk mengisi jam kosong yang ada maka para senior memutuskan untuk mengajak murid-murid kelas satu masuk kedalam klub mereka.

"Selamat sore" sapa kakak senior yang memasuki kelas.

"Kami akan memberikan formulir dan beberapa brosur mengenai klub apa saja yang ada di sekolah, serta keunggulannya. Jika kalian sudah memilih klub yang ingin kalian masuki, maka kalian isi formulirnya dan berikan pada kami lagi" kata kakak senior.

Para senior mulai membagikan formulir dan selembaran kepada setiap anak, sesekali mereka mengatakan keunggulan jika masuk kedalam klub yang mereka masuki.

"Tsuki, kau akan ambil klub apa?" tanya Yuki yang sedang membaca selembarannya - Yuki sejak SMP sangat aktif dalam kegiatan organisasi ataupun klub.

Tsuki sejujurnya malas mengikuti klub apapun. Tapi, seingat dia didalam peraturan sekolah tertulis 'siswa wajib mengambil klub guna mendapat nilai tambahan'.

"Tidak tahu" jawab Tsuki yang kini sedang membaca-baca selembaran berisi nama-nama klub.

"Tsuki waktu SMP ambil klub apa?" tanya Otsuka yang kini sudah membalikan badannya untuk ngobrol dengan Tsuki.

"Dari dulu aku tidak pernah ikut klub apapun, makanya sekarang aku bingung harus masuk klub mana" jawab Tsuki.

"Pilih saja yang sesuai dengan dirimu, Tsuki" ujar Otsuka.

"Memangnya Otsuka masuk klub apa?" tanya Tsuki.

"Eh, aku masuk klub musik" kata Otsuka.

"Oh, Otsuka bisa bermain musik?" tanya Tsuki.

"Bisa, tapi hanya gitar sih. Hehe" ujar Otsuka sambil nyengir.

"Yuki, kau ambil klub apa?" tanya Tsuki sambil memperhatikan Yuki yang sudah mulai mengisi formulir.

"Yuki ambil klub Balet. Kalau Tsuki?" tanya Yuki sambil melihat formulir Tsuki yang masih kosong.

"Tidak tahu" kata Tsuki masih bingung.

"Oi, Ito. Kau ambil klub apa?" tanya Otsuka. Ito yang tengah mengisi formulir menengok kearah Otsuka.

"Aku ambil klub Photografer" kata Ito.

'Semua sudah mengambil klub yang mereka inginkan, sedangkan aku belum memilih apapun. Apa yang harus kupilih ya?' batin Tsuki.

"Tsuki, bagaimana kalau klub merangkai bunga?" saran Yuki sambil tersenyum pada Tsuki.

"Aku tidak mengerti dan tidak tertarik soal bunga" kata Tsuki pelan.

"Kalau klub Theater?" ujar Ito.

Tsuki hanya menggeleng. Dia tidak bisa akting bagaimana bisa dia ikut theater.

"Ah, bagaimana kalau klub perpustakaan?" tanya Otsuka.

"Uh, memang ada?" tanya Tsuki ragu-ragu.

"Ayo, baca teliti lagi. Tuh ada" ujar Otsuka sambil menunjuk salah satu bagian pada kertas yang tertulis 'klub perpustakaan'.

"Benar juga, aku tidak membacanya dengan teliti. Yuki, menurutmu bagaimana kalau aku masuk klub perpustakaan?" tanya Tsuki.

"Bagus, menurut Yuki itu cocok untuk Tsuki" kata Yuki sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kalau begitu aku pilih saran Otsuka saja, makasih Otsuka" kata Tsuki lalu mulai mengisi formulirnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kali ini kakak kelas mulai menerangkan beberapa keuntungan dari memasuki sebuah klub.

Daisuki (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang