Happy

28 3 3
                                    

Akhir bulan Agustus.

Semua anak-anak kembali bersekolah dengan membawa kenangan menyenangkan dari perkemahan lalu.

Berbeda dengan Tsuki, ia justru menjadi salah tingkah jika mengingat kejadian diperkemahan itu, sebab ada kejadian yang membuatnya malu, namun menjadi kenangan terindah dalam hidupnya.

"Tsuki, Ohayo" sapa Otsuka seperti biasa, Otsuka selalu menjemput Tsuki dengan sepedanya.

"Ohayo, Otsuka" sahut Tsuki, begitu mata mereka bertemu wajah Tsuki kembali memerah.

Otsuka yang tahu kalau Tsuki masih teringat masalah ciuman diperkemahan menjadi malu.

"Sungguh, aku benar-benar minta maaf karena telah melakukannya tanpa izinmu" seru Otsuka menyesal, wajahnya menjadi merah merona.

"Ti-tidak apa-apa" ujar Tsuki seraya mengaitkan rambutnya kebelakang daun telinganya.

"Aku benar-benar menyesal" ujar Otsuka seraya membungkukkan badan.

"Su-sungguh tidak apa-apa" kata Tsuki, dia sendiri jadi merasa tidak enak.

"Terima kasih" kata Otsuka lalu tersenyum.

Merekapun pergi menuju sekolah dengan sepeda Otsuka. Diperjalanan mereka bercanda dan mengobrol seperti biasanya hingga akhirnya obrolan itu menuju kearah ciuman mereka.

"Tsuki. Ciuman kemarin... Apakah itu ciuman pertamamu?" tanya Otsuka gugup.

"I-iya, itu ciuman pertamaku" jawab Tsuki lalu membenamkan wajahnya dibalik punggung Otsuka.

"Benarkah? Maaf, aku telah mencuri ciuman pertamamu" kata Otsuka penuh penyesalan.

"Untuk apa minta maaf? Aku tidak mempermasalahkan ciuman itu" ujar Tsuki, wajahnya kembali memanas, dia semakin mengeratkan pegangannya pada pinggang Otsuka.

"Kau tahu, ciuman di perkemahan lalu juga ciuman pertamaku" ujar Otsuka dengan wajah memerah.

"Be-benarkah?" tanya Tsuki kaget, ia berfikir orang yang memiliki turunan luar negeri pasti sudah berciuman sejak kecil.

"Iya, karena itu... Aku tidak bisa melupakan hal itu" jawab Otsuka sambil mengacak-acak rambutnya dengan satu tangannya.

'Begitu ya... Jadi yang kemarin ciuman pertama kami' batin Tsuki.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Begitu mereka sampai didalam kelas, Tsuki dan Otsuka bisa melihat wajah Ito penuh perban akibat pukulan dari Daichi diperkemahan lalu.

"Gara-gara bajingan itu, wajahku harus penuh perban begini" gerutu Ito pada Hana, sedangkan Hana hanya menatap wajah Ito penuh prihatin.

Disebelah tempat duduk Ito, terlihat Yuki yang rupanya sudah datang, jarang sekali dia datang lebih awal.

"Ohayo, Yuki" sapa Tsuki begitu dia duduk dikursi.

"Ohayo, Tsuki" sahut Yuki, namun wajahnya memerah.

"Kau sakit?" tanya Tsuki khawatir, namun dengan cepat Yuki menggeleng.

"Lalu, kenapa wajahmu memerah?" tanya Tsuki sambil mencoba mengukur suhu badan Yuki dengan telapak tangannya.

"Tsuki, punya waktu sebentar?" tanya Yuki, wajahnya serius membuat Tsuki kembali panik.

Tsuki mengangguk sebegai jawaban, lalu Yuki bangkit dari kursinya dan berjalan keluar kelas, dengan cepat Tsuki mengikuti langkah kakinya.

'Mau kemana?' batin Tsuki panik, dia hanya tidak mau mereka bertengkar kembali.
.
.

.
.
.
.
.
Langkah mereka berhenti ketika mereka telah tiba diatas atap sekolah, disini sangat sepi jika masih pagi.

Daisuki (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang