Angry

37 4 2
                                    

Oktober, Minggu pertama.

Semejak bulan September berlalu, udara dijepang semakin sejuk. Daun-daun mulai berguguran mengiasi sepanjang jalan.

"Hari ini cukup dingin" gumam Tsuki pada Otsuka, seperti biasa mereka berangkat bersama.

"Hahh, benar juga" ujar Otsuka yang masih mengendarai sepedanya.

"Otsuka..." panggil Tsuki lagi yang kini mulai menyandarkan kepalanya pada punggung Otsuka - semejak hari itu dia sudah terbiasa melakukan hal ini.

"Ada apa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Otsuka, matanya masih fokus menatap jalan.

"Iya... Kau tahu, Otsuka. Belakangan ini Yuki tidak pernah mau ku sapa. Bahkan setiap kali aku ajak makan bersama, dia selalu menghindar" kata Tsuki - kali ini rangkulannya semakin mengerat.

"Ahh.. Pantas kau hanya makan sendirian" kata Otsuka tangannya mencoba menggenggam tangan Tsuki - yang tengah merangkul pinggangnya.

"Iya, seandainya kau tidak menemaniku... Aku hanya sendiri" gumam Tsuki.

Otsuka bisa merasakan punggungnya basah, pasti karena Tsuki menangis.

"Menangislah, tak apa" ujar Otsuka.

Tsuki hanya diam dan menangis. Dia sedang berfikir kenapa Yuki menjauhinya? Apakah dia punya salah pada Yuki? Tapi, kesalahan apa?

Menit berlalu, tiba-tiba sepeda Otsuka terhenti. Tsuki yang sadar, akhirnya mengangkat kepalanya.

"Apa sudah sampai?" tanya Tsuki sambil mengusap air matanya.

"Belum, sebentar lagi. Tapi aku yakin kau pasti mau merapikan penampilanmu dulu bukan?" tanya Otsuka.

"Oh, iya. Kau benar" jawab Tsuki sambil merapikan penampilannya.

"Tsuki, jangan menangis lagi ya" ujar Otsuka.

"A-ah, Iya" kata Tsuki yang masih mengusap matanya.

"Kau tahu, kau jauh lebih cocok jika tersenyum" kata Otsuka sambil nyengir.

"Haha... Otsuka, kau tahu, entah kenapa aku merasa lega setiap kali berbicara denganmu" kata Tsuki sambil tersenyum.

"Ke-kenapa bisa?" tanya Otsuka kaget.

"Entah kenapa, setiap kali kau berada disisiku, aku merasa bahagia. Terkadang aku juga merasa terlindungi" jawab Tsuki yang kini menatap Otsuka.

"Kalau begitu, aku akan selalu disisimu. Tidak peduli situasinya seperti apa, aku akan ada untukmu. Aku janji" kata Otsuka.

"Terima kasih" kata Tsuki.
.
.
.
.
.
.
.
Begitu Tsuki dan Otsuka memasuki kelas, lagi-lagi semua anak-anak mengerumuni mereka. Bertanya apakah benar mereka berpacaran atau hanya sekedar gosip.

Disela-sela kerumunan anak-anak, Tsuki menatap kearah Yuki yang sedang duduk dikursinya. Dia hanya menatap marah pada Tsuki.

"Oi, Otsuka... Apa benar kau berpacaran?" tanya Higata yang sepertinya cemburu dengan Otsuka.

Baru saja Tsuki ingin menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba Otsuka sudah lebih dulu menjawabnya.

"Hei, Higata. Bukannya aku sudah bilang jawabannya kemarin?" ujar Otsuka sambil bergaya sok keren. Tsuki hanya menatap penuh kebingungan.

"Jadi Beneran?" tanya Higata terkejut.

"Iyap, kami memang berpacaran" kata Otsuka sambil nyengir, dia juga merangkul Tsuki dengan cepat.

Tsuki kaget, bagaimana mungkin Otsuka mengatakan hal itu. Dan lagi, bagaimana dengan perasaan Yuki?.

Dengan perlahan Tsuki melirik kearah Yuki, dan benar saja dia mendapat tatapan tajam dari Yuki.

Daisuki (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang