36

987 166 12
                                    

"Lia, bagaimana keadaanmu?"

"Ya, seperti yang kamu lihat, Jin. Udah mendingan sih, tapi kedua bahuku masih terasa sakit"

"Ehem,,, maaf kalau ini sensitif, tapi apa kamu sudah beli,,, ehem bra baru?"

"Hah?"

"Itu,,, eum,,, pisaunya kena bra mu kan? Maaf, aku tahu waktu menggendongmu waktu itu"

Muka Lia seketika memerah.

"I-iya sih"

Hyunjin menyerahkan kresek yang diambilnya dari dalam tasnya.

"Ini, tadi aku mampir dulu beli itu buat kamu"

Lia terkejut melihat isinya.

"Jin? Kamu serius beliin ini buat aku?"

Hyunjin mengangguk. "Aku kira-kira aja ukuranmu sama dengan Yeji. Semoga pas. Maaf kalau enggak pas. Hehe"

Rasanya Lia mau membuang saja mukanya. Malu banget.

"Aku sering diminta Kak Seulgi sama Yeji buat beli gituan kok", kata Hyunjin dengan wajah tanpa dosanya.

Ya mereka kan saudaramu, Bambang , batin Lia

"Y-y-yaudah makasih Jin... Tapi lain kali nggak usah ya? Aku bisa beli sendiri atau nitip ke Kak Jisoo kok. Hehe"

Hyunjin langsung paham. "Oh eh iya. Terus, apa kamu mau aku bantu pasangkan?"

Lia buru-buru mendelik. Ingin rasanya dia memukul Hyunjin, tapi kedua tangannya sedang sakit.

Hyunjin tersadar. "OH!!! Astaga maaf kebiasaan sama Yeji sih. Maaf kalau itu jadi membuatmu nggak nyaman, Li"

Lalu hening beberapa saat.

Lia berdehem. "Gimana dengan sekolah, Jin?"

"Hmm ya gitu deh... Oh ya, udah tahu ada anak baru? Keturunan China lagi"

"Oh, Yiren ya? Ya, aku udah tahu sih. Tadi Yeji telepon"

"O-oh..."

Lalu hening lagi.

"Li,,,"

"Iya?"

"Aku,,, kangen"

Lia tersenyum. Aku juga kangen sama kamu, Jin"

"Peluk boleh?"

"Boleh. Tapi hati-hati ya?"

"Iya siap"

Hyunjin lalu membantu menyandarkan punggung Lia, membuat posisi enak supaya kedua bahu Lia tidak sakit, kemudian disingkapnya rambut Lia yang menjuntai dan menutupi sebagian wajahnya.

Kemudian Hyunjin mulai memeluk Lia. Tidak erat, karena dia takut menyakiti Lia. Lia pun terlarut dalam pelukan Hyunjin.

Cklek.

Pintu tiba-tiba terbuka. Kepala Yeji muncul di pintu. Di belakangnya ada Seungmin yang mendadak jadi babu Yeji, membawakan tas Yeji.

"Wah, apa kami mengganggu?", tanya Yeji

"Eh enggak kok, Ji. Masuk aja", jawab Lia

Sebenarnya iya sih, batin Lia.

Yeji pun masuk diikuti Seungmin.

"Maaf kami tadi mampir cari makan dulu. Lapar. Hehe", ucap Yeji

Lia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kamu udah makan, Li? Tadi aku beli siomay Mang Suga kesukaanmu"

"Wahhh makasih banyak, Ji"

"Ini si bayi gede bawa apa ke sini?", Yeji menunjuk Hyunjin

Lia meminta Yeji mendekat ke arahnya, kemudian Lia membisikkan sesuatu.

"Hah? Yang bener? Dia?"

Lia mengangguk malu-malu. Yg ditunjuk cuma cengar-cengir. Sementara Seungmin bengong tidak tahu apa yang dibicarakan.

"Ck yaudahlah lupain. Anggap aja kebegoan Hyunjin lagi kumat. Jadi gini, kami ke sini sekalian mau bicarain soal Yiren juga. Jadi,,,"

Bla bla bla

"Jadi gitu, Li"

Lia mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati dia sudah menyebut 1 nama yang dia yakini sebagai pembunuh, tapi dia ragu untuk mengungkapkannya.

















Lia tetap kepikiran Kyulkyung.

"Li? Kamu ngelamun?"

Lia tersadar. "Oh? Eh maaf"

"Apa kamu punya gambaran siapa kira-kira orangnya?"

Lia menggeleng. "Entahlah. Tapi semoga dia cepat tertangkap"

#####

Death Bell: Chae?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang