"Gi, lo jadi ikut kan?" tanya Wendy. Dia sedang merapikan rambutnya.
"Nggak tau," balas Seulgi.
Dapat dilihat Wendy dari pantulan cermin kamar mandi, perempuan itu sedang mengoleskan lotion di wajahnya.
"Ikut dong Gi, nanti gue sendirian disana," ungkap Wendy. Seulgi menatap Wendy sejenak.
"Nggak tau sih, tapi Aru bilang ikut aja," jawab Ugi.
"Gue setuju kali ini sama kokoh," Wendy tersenyum senang. Seulgi merinding sendiri liat Wendy nyengir lebar.
"Tumben?"
"Apanya?" Wendy ambigu sama pertanyaan Seulgi.
"Tumben lo pro sama Aru?"
"Pasti kalo Ahong yang bilang, lo langsung setuju kan?" balas Wendy.
Seulgi angkat bahu acuh. Setelah menunggu Wendy selesai memoles liptin, keduanya keluar dari kamar mandi.
"Tapi lo kenapa selalu ngikutin omongannya Ahong sih?" tanya Wendy. Bagaimana Wendy nggak heran. Secara Ahong sudah terkenal ke kardusannya. Tapi Seulgi manut-manut saja sama dia.
"Dia pake pelet kali," balas Seulgi lalu jalan duluan.
"Serius? Jadi lo di pelet sama dia?"
Seulgi tersenyum misterius.
Biar saja Wendy cengo penasaran. Lagipula, sudah berapa kali dijelaskan. Aru sama Ugi itu sahabatan. Titik. Mana mungkin juga Ugi naksir sama Aru. Begitu juga sebaliknya. Mereka sama-sama tau bobroknya sifat masing-masing.
Wendy masih bertanya-tanya saat keduanya sudah berjalan menuju parkiran kampus. Hari ini nggak ada kelas siang. Seulgi milih pulang saja. Wendy, sahabat setianya juga mau pulang saja katanya. Jadinya Seulgi berniat nebeng mobilnya Wendy.
Wendy itu sahabat cewek terdekatnya Seulgi. Walaupun baru saling mengenal saat mulai masuk kuliah, nyatanya cewek berdarah campuran itu sudah seperti saudara bagi Seulgi.
"Wendy cantik"
Itu bukan suaranya Seulgi. Tapi berhasil membuat Wendy nggak ngomong lagi. Sekali tengok kanan, keduanya langsung mendapati pemandangan yang membuat Wendy mengumpat.
Ada geng kardus disana. Di tangga pelataran kampus. Tengah nongkrong berempat saja. Ada Hoon, Mino, Jinu dan Yoon. Orang yang manggil Wendy tadi namanya Yono alias Yoon. Anak fakultas seni musik. Yang paling muda dan paling gila. Dengar-dengar, dia ini sudah bucin garis kerasnya Wendy dari pertama mereka jadi mahasiswa baru.
"Usaha mulu lo," kata Mino.
Kalo ini sahabat dekatnya Ahong, Raden Ningrat Sumino anak seni rupa yang nyentrik abis. Cowok item manis ini yang paling tajir diantara keempatnya. Bapaknya punya clothing line yang tersebar kemana-mana. Nggak salah ceweknya sudah kaya baju. Satu lemari penuh.
"Lo mau kemana Wen?"
"Pulang lah," Wendy judes abis.
Tapi Yoon nggak mau nyerah.
"Mau gue pulangin ke rumah orang tua gue nggak?"
Dasar teri. Wendy udah merah mukanya. Itu bukan salting. Tapi jengkel. Dia dari dulu memang malas berurusan dengan Ahong cs. Tapi karena sahabatan sama Seulgi. Mau nggak mau, dia jadi sering berurusan sama mereka.
"Duduk Wen"
Kalo ini Wendy menurut. Karena yang punya suara halus barusan itu abang Jinu. Cowok paling adem dipandang.
Untuk Jinu, Wendy punya pengecualian. Cowok ini memang dasarnya charming dari dulu. Kalo yang lainnya kardus, mungkin Jinu itu sejenis yang Papper Bag. Lebih ellite. Sebenarnya dia bukan tipe kardusan kaya yang lain.
Beda dengan Mino yang ngerdus pake mulut. Jinu cuma pake tatapan mata. Sekali lirik saja. Hampir dari ujung fakultas ke ujung fakultas lain, ada aja cewek yang mau di gebet sama dia.
Si Yono alias Yoon jadi sedih, habisnya Wendy malah sibuk ngobrol sama Jinu, Mino sibuk main game. Hoon sama Seulgi masih berbincang berduaan saja. Ternyata sedaritadi mereka duduk bersebelahan dan bercanda, tanpa menghiraukan yang lain.
Mereka maklum, kalo Hoon sudah bertemu Seulgi orang itu hampir lupa segalanya. Dan bukan jadi rahasia lagi. Kalo satu kampus nggak ada yang berani ngerdus ke Seulgi. Secara, mereka tahunya Seulgi itu pacarnya Hoon.
"Lo jadi ikut kan?" tanya Aru.
"Nggak tau, masih bingung"
"Bukannya besok sore ?"
Ugi mengangguk. Latihan pementasan teater sudah dimulai besok.
"Lo mau nungguin gue latihan nggak?"
Aru menggeleng. Dia ada janji sama gebetan baru ungkapnya.
"Pulangnya aja, gue jemput terus gue anterin ke kafe," jawab Aru.
Ugi mengangguk. Aru memang suka gitu, sore nya sama pacar malemnya jalan sama Ugi. Bahkan pernah beberapa kali dia menghabiskan satnight di kafenya Chen, agar bisa jalan bareng Ugi setelah Cewek itu selesai bekerja.
"Janji kan lo?" tagih Ugi. Aru mengangguk.
"Pulang yuk, lo kosong kan?"
"Lo mau pulang sekarang?" Aru bertanya balik.
Ugi mengangguk. Mungkin dia kelupaan sama Wendy. Tanpa bertanya dua kali Aru bangkit dari duduknya dan pergi sama Ugi.
"Mau kemana?" Wendy teriak. Seulgi buru-buru balik badan dan cengengesan.
"Maaf Wen, nggak jadi. Gue pulang sama Aru," katanya.
Wendy hanya menghela. Ok Fine.
#RuangSeulHoonSeungSeulHoonGi
5919
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR
FanfictionAru bagi Ugi, ataupun sebaliknya itu seperti udara. Selalu ada. Lee Seung Hoon x Kang Seulgi