Mino masih memegangi pipinya. Lelaki sejantan apapun kalo kena gampar juga perih rasanya. Disampingnya Jinu sibuk nyiapin kompres untuk Mino. Sementara Yoon cuma bisa ngipasin Mino pake tangan, yang aslinya nggak keluar angin sama sekali. Ahong sibuk bengong, nggak mau susah-susah ikut menghibur Mino.
"Pelan-pelan Nu," teriak Mino saat kompresnya Jinu mengenai ujung bibirnya yang sobek.
"Ye ketiak babi! kalo nggak dibersihin nanti infeksi," balas Jinu. Iye, iye yang calon dokter.
"Makanya, kalo selingkuh tuh jangan sama satu kampus. Mampus kan lo," sindir Hoon yang sekarang mulai memperhatikan teman-temannya.
"Berasa udah berkah aja hidup lo Hong," balas Mino. Sumpah aja, balasannya Mino nggak nyambung sekali. Mungkin setelah kena tabok pikirannya juga ikut ambyar.
"Lo udah baik-baik aja kan?"tanya Yoon memastikan.
"Udah," jawab Mino sesekali meringis.
"Gue cabut duluan deh, ada urusan," pamit Yoon. Ketiga temennya mengangguk mengijinkan.
Tapi belum juga melangkah jauh-jauh, Yoon balik badan lagi. Semuanya memperhatikan seksama lelaki itu yang kini tiba-tiba serius.
"Oh ya No, ada yang penting banget buat lo," kata Yoon.
"Apaan?" Mino menjawab dengan kesusahan karena untuk bicara saja perihnya sampai ke hati.
"Kata Ramalan cuaca, nanti sore bakal turun hujan, jadi ati-ati ye," Yoon berwejangan sok iye.
"Ye sekiyah!" umpat Mino, dia masih sakit juga.
Dipungutnya kerikil kecil yang dapat ia jangkau. Lalu di lempari anak itu agar cepat-cepat peri jauh. Si Yoon cuma cengengesan, lalu buru-buru kabur darisana.
"Yoon, emangnya sore ini beneran Hujan?" Hoon tiba-tiba teriak sebelum Yoon perginya jauh.
Walaupum bingung si Yoon cuma ngangguk. Nggak ada angin nggak ada hujan, Ahong langsung lari secepat kilat. Mino sama Jinu keheranan, mungkin si Hoon lupa belum angkat jemuran.
.............
Pukul satu siang, Seulgi membereskan diktatnya. Walaupun sudah ngantuk berat, tetap dipaksakannya ikut acara meeting untuk persiapan teater setelah ini."Yuk," ajak Wendy. Seulgi mengangguk. Mereka beriringan keluar kelas bersama anak-anak lain.
"Gi, lo ditungguin Ahong tuh ! penting katanya," kata salah satu teman kelasnya, yang berpapasan di pintu.
"Dimana?"
"Di deket tangga," setelah mengatakan itu temannya langsung pergi lagi.
Seulgi buru-buru menuju ke arah tangga . Wendy mengekor di belakangnya. Dan benar saja, saat tiba disana Hoon sedang duduk di undakan tangga kedua , tengah membelakanginya.
"Kenapa?" tanya Ugi yang langsung duduk disampingnya Aru.
"Nungguin lo," jawab Aru, dia lalu membuka ranselnya mengambil sebuah payung dan menyodorkannya ke Ugi.
"Buat apaan?"
"Kata Yoon nanti sore bakal turun hujan," jawab Aru.
"Terus?"
"Biar kalo pulang lo nggak kehujanan lagi," jawab Aru. Dia tersenyum, matanya seketika hilang. Ugi cuma mesem-mesem geli sendiri.
"Sa ae lo kardus," ledek Wendy.
"Sirik lo bule, nggak ada yang ngerdusin ye?" balas Hoon, dia baru sadar Wendy daritadi disitu. Wendy cuma balas memeletkan lidah ke Ahong.
"Gue kirain ada apaan?" kata Ugi.
"Gitu-gitu tuh payung branded Gi," tutur Aru.
"Gaya lo branded! bayar plastik indomaret aja lo sensi," ejek Ugi.
"Tapi itu beneran branded, dapet di kasih bokapnya Mino," bangga Aru.
Ugi geleng-geleng kepala. Gratisan tetep nomero uno.
"Lo udah nggak marah sama gue kan?" tanya Aru hati-hati.
"Marah yang mana?" tanya Ugi, Aru garuk-garuk rambutnya. Seolah-olah dia sudah banyak kali membuat Ugi marah, sampai gadis itu lupa yang mana.
"Waktu lo kehujanan," jawab Aru terus terang.
Ugi hampir kelepasan tertawa mendengarnya, jadi selama ini Aru mengira Ugi masih marah gara-gara kejadian kehujanan itu. Bagaimana kalo Ugi kerjain aja sekalian?
"Masih lah, waktu itu nggak bisa dibayar pake payung doang," Seulgi memulai aktingnya.
"Terus, lo maunya apa?"tanya Aru hati-hati.
"Bellin gue makan kek, ajak nonton kek, ajak jalan kek, atau apa aja yang lain asal jangan payung kek gini," tutur Seulgi mengejek.
Wendy yang mendengarnya cekikikan dalam hati. Sahabatnya itu bangsul juga ternyata.
"Udah ah, gue buru-buru, yuk Wen," ajak Seulgi lalu bangkit berdiri dan meninggalkan Hoon yang masih termangu.
Aru menghela nafas. Setidaknya, Ugi nggak kabur seperti waktu lalu saat Aru mendatanginya.
Tiba-tiba Aru tersenyum misterius, setidaknya pula Ugi nggak tau, kalo dia tadi hampir jatuh terjungkal saat lari-lari dari tempat loker miliknya sampai ke kelasnya Ugi.
Tadi sehabis mendengar yang dikatakan Yoon, Aru langsung berpikir cepat. Mungkin bisa jadi 'payung' adalah salah satu kesempatan berdamai dengan Ugi. Nggak tau dapet ide unik darimana cowok satu ini.
Dan satu lagi, Ugi juga nggak tau kalo sebenarnya payung itu bukan dikasih melainkan dia pinjam dari Mino. Dan parahnya sudah dicap hak milik oleh Aru, karena cowok itu lupa ngembaliin dan berakhir bersarang di lokernya sendiri selama berbulan-bulan.
Bagi Aru, Mino sudah dianggap saudara sendiri. Dan mungkin cuma Aru yang menganggapnya seperti itu. Karena yang keseringan minjem barang itu Aru, jadinya nggak masalah kalo dia ngaku-ngaku saudara biar kecipratan barang brandednya papih Jiyong.
#RuangSeulHoonSeungSeulHoonGi
#maafgakjelasceritanya#50%imajinasi50%halusinasi
Sangat dibutuhkan saran dari pembaca yang berkenan :-)
11919
FunPict:
Ini bokapnya Mino, Papih Jiyong yang punya brand baju ternama. Dan selalu membuat istri dan anak-anaknya terlihat mentereng ;-)
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR
FanficAru bagi Ugi, ataupun sebaliknya itu seperti udara. Selalu ada. Lee Seung Hoon x Kang Seulgi