022_ Bucket List

240 43 4
                                    

Hoon itu walaupun orangnya kadang suka bercanda. Omongannya kadang menghasut. Dan semua pendapatnya kadang kurang bisa dipercaya, kadang  pula ucapannya nggak main-main.

Buktinya itu, dia nggak omong kosong tentang dirinya yang nggak bakal nemuin Seulgi beberapa hari kedepan.

Percaya atau tidak, Hoon benar-benar raib dan tidak nampak di area kampus sepekan terakhir.

Bahkan chat basa-basinya yang biasanya tiba-tiba membuat gaduh di ponselnya Seulgi pun ikut 'hening cipta'.

Sambil mengerutkan dahi, Seulgi memandang kosong langit-langit kamarnya Wendy.

Dia memang lagi main ke rumahnya Wendy. Niatnya sih mau berangkat bareng siang nanti buat latihan teater.

Pekan-pekan ini mereka memang tengah gencarnya buat latihan. Mengingat pementasan teater yang bakal digelar akhir bulan ini.

Benar-benar melelahkan buat Seulgi, apalagi deadline tugas yang nggak pernah absen terkadang membuatnya nggak bisa tidur.

Wendy baru saja keluar dari kamar mandi ketika Seulgi hampir berhasil memejamkan mata. Gadis itu baru selesai mandi setelah tadi dipaksa sama Seulgi.

"Mandi Lo cepet banget? Berendem doang yah?" Tanya Seulgi.

Mendengar pertanyaan Seulgi Wendy langsung melemparkan handuk yang baru dipakainya untuk mengeringkan rambut ke wajah sahabatnya itu.

"Rese," keluh Seulgi.

"Lagian sih lo, males tau mandi sekarang. Nanti juga keringatan lagi," ujar Wendy.

Gadis itu lalu ikut mendudukan diri di kasur. Bertepatan dengan Seulgi yang beranjak  berdiri.

Ternyata Seulgi menghampiri tasnya yang ia tinggalkan di sofa, beberapa detik kemudian gadis itu kembali lagi dengan membawa sebuah buku catatan kecil dan pulpen.

Buku catatan warna biru langit. Itu buku catatan miliknya. Biasanya Seulgi menuliskan semua agenda kegiatannya disana. Itu dilakukannya karena dia sering kelupaan.

"Nih liat, kita latihannya jam sebelas, ini udah jam sembilan kalo nanti nungguin lo berendem dulu tambah lama," kata Seulgi.

Wendy hanya berdecak kesal mendengar ocehannya Seulgi, lalu dilihatnya gadis membuka lembaran kertas yang baru.

"Lo mau buat jadwal apalagi?" Tanya Wendy penasaran.

"Enggak ada"

Wendy hanya memandang heran sahabatnya itu. Tolong jangan katakan si Seulgi mau nulis tentang curahan hatinya.

Ngomong-ngomong masalah hati, hati gadis itu apa kabar? Seketika Wendy teringat sesuatu.

"Lo udah ikutin saran gue kan?" Tanya Wendy tiba-tiba.

"Saran apa?"

"Tentang Ahong Gi, masa Lo lupa sih?" Greget Wendy.

Akhirnya setelah memakan waktu beberapa saat, Seulgi akhirnya sadar kemana arah pembicaraannya Wendy.

"Ngapain gue harus jauhin dia?" Bingung Seulgi.

Bagaimana Seulgi nggak bingung, Wendy dari kemarin sensi banget sama Hoon.

Sahabatnya itu terus saja membujuknya agar jangan dekat-dekat sama Hoon lagi. Nanti kebawa baper katanya.

Terang saja Seulgi agak sedikit sangsi. Kemarin-kemarin juga Wendy memberinya petuah. Katanya jangan mau kena modus lagi. Nanti ujung-ujungnya sakit hati, katanya begitu.

Seulgi bertanya dalam hati, darimana sih Wendy berguru? Dari kitab shaolin?

"Jangan mau lagi dimodusin sama dia, apalagi kalo diajak jalan lagi," kata Wendy telak.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang