013_ Blind Date

302 56 3
                                    

Seulgi benar-benar seperti bodyguardnya Wendy sekarang. Sudah hampir dua jam, kerjaannya cuma bolak-balik nemenin Wendy keluar masuk gerai busana.

Pekan lalu, dia memang punya janji untuk nemenin Wendy belanja bulanan sambil nyari diskonan.

"Kayanya gue perlu tas baru deh," kata Wendy.

"Terserah, " jawab Seulgi acuh, dia masih melihat-lihat sepatu di gerai yang sama. Matanya tertarik pada sepasang sepatu warna putih. Sejauh ini, dia belum punya sepatu warna putih. 

Karena kebiasaan monotonnya, hampir semua sepatu yang ia punya berwarna gelap termasuk yang ia kenakan sekarang. Mungkin lain kali, jika dia punya simpanan uang yang cukup dia akan membelinya.

"Menurut lo bagus yang mana?" tanya Wendy, dia memperlihatkan dua tas dengan brand merek yang berbeda.

"Yang paling murah aja," kata Seulgi sambil nyengir.

"Kok gitu?" bingung Wendy.

"Biar uang lo sisa, jadi bisa traktir gue makan," tutur Seulgi, dia tersenyum manis sekali. Tapi bagi Wendy itu memuakkan.

"Sini, biar gue yang pilih," kata Seulgi lalu mendekati Wendy.

Seulgi dengan cermat melihat harga yang tertera di tas itu.

"Dua-duanya kemahalan deh Wen," ujar Seulgi. Wendy berdecak. Astaga, siapa yang sebenarnya yang mengajari sahabatnya itu jadi tukang timbang harga.

"Kalo yang ini?" tanya Wendy menunjuk sebuah tas yang masih di pajang di etalase depan. Seulgi ikut melihatnya. Tapi seketika matanya membulat.

"HAH?" 

"Kenapa? Mahal banget yah? Tapi gue lebih suka yang ini deh Gi," kata Wendy.

Tapi sepertinya Seulgi nggak peduli. Wendy jadi memandangnya aneh. Sekali lagi, Wendy melihat harga tas itu. 

Hanya berbeda sedikit dengan tas yang sebelumnya. Tapi kenapa Seulgi terlihat sangat terkejut? Perasaan tadi juga biasa aja.

"Gi?" panggil Wendy.

"Terserah lo Wen, gue tunggu di depan aja deh," jawab Seulgi lalu tiba-tiba berlari keluar gerai.

"Eh, Gi mau kemana?" tanya Wendy. Tapi sia-sia juga, Seulgi pasti juga tak mendengarnya.

................

Seulgi masih melihat nyalang sebuah gerai yang menjual furniture rumah tangga yang berada tepat di depan toko yang tadi disinggahinya.

'Ngapain mereka kesana?' Seulgi bertanya pada diri sendiri. 

Kemudian dia melangkah sedikit menjauh, untuk mencari seseorang yang tadi tak sengaja ia lihat lewat kaca depan toko tadi sewaktu akan melihat tas yang ingin di beli Wendy.

"Seulgi," Wendy memanggilnya sewaktu akan melangkah lebih jauh lagi.

"Lo mau kemana?" tanya Wendy.

"Temenin gue yuk," kata Seulgi lalu segera menarik tangannya Wendy.

"Kemana? Pelan-pelan Gi" kata Wendy saat Seulgi menariknya tergesa.

Seulgi tak menjawab, tapi matanya dengan cepat melihat sekitarnya. Wendy mengerutkan dahi, sebenarnya apa yang sedang dicari oleh sahabatnya itu.

Saat melewati salah satu restoran cepat saji disana, Seulgi mendadak berhenti melangkah. Langsung saja dia menarik Wendy untuk duduk di bangku terdekat.

"Ngapain sih Gi kesini?" bingung Wendy.

" Gue laper, tapi lo tenang aja, gue bayar sendiri makanan gue,"  jawab Seulgi agar Wendy nggak banyak ngeluh. Tapi temannya itu malah menjentikan jarinya di depan wajah Seulgi, seolah menyadarkan Seulgi.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang